sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Transformasi Hijau TOBA Mulai Berbuah, Waste Management Jadi Andalan Baru

Market news editor Aldo Fernando
03/11/2025 18:00 WIB
Upaya transformasi PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menuju perusahaan berorientasi hijau mulai membuahkan hasil.
Transformasi Hijau TOBA Mulai Berbuah, Waste Management Jadi Andalan Baru. (Foto: TBS Energi)
Transformasi Hijau TOBA Mulai Berbuah, Waste Management Jadi Andalan Baru. (Foto: TBS Energi)

IDXChannel – Upaya transformasi PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menuju perusahaan berorientasi hijau mulai membuahkan hasil.

Selama sembilan bulan pertama 2025, segmen pengelolaan limbah (waste management) menjadi kontributor terbesar dalam portofolio bisnis perusahaan, menyumbang sekitar 39 persen dari total pendapatan konsolidasian.

Sementara itu, dua pilar lainnya, yakni kendaraan listrik dan energi terbarukan, turut memperkuat ekosistem bisnis berkelanjutan yang tengah dikembangkan perusahaan. Kinerja TBS pada periode ini mencerminkan fase konsolidasi yang solid setelah divestasi dua PLTU pada awal tahun.

Dalam laporan keuangan per kuartal III-2025, TBS membukukan pendapatan sebesar USD288,17 juta sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Dari jumlah tersebut, segmen pengelolaan limbah menyumbang USD111,92 juta atau sekitar 39 persen dari total pendapatan, sekaligus berkontribusi 88 persen terhadap adjusted EBITDA yang mencapai USD31,8 juta.

Bisnis pengelolaan limbah TBS dijalankan melalui CORA Environment, yang sebelumnya dikenal sebagai Sembcorp Environment. Perusahaan ini kini menangani hampir satu juta ton limbah per tahun dan mempekerjakan lebih dari 700 tenaga kerja dengan dukungan sekitar 300 armada operasional di Singapura dan Indonesia.

CORA menjadi ujung tombak ekspansi regional TBS, dengan rencana investasi lebih dari SGD200 juta dalam lima tahun ke depan untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah di Asia Tenggara.

Selain CORA, TBS juga mengoperasikan bisnis pengolahan limbah melalui Asia Medical Enviro Services (AMES) dan ARAH Environmental, yang berfokus pada pengelolaan limbah medis di Singapura dan Indonesia.

Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi menilai, porsi bisnis non-batubara kini menjadi tolok ukur penting transformasi di TBS. Dia menilai, langkah TBS untuk fokus pada pengelolaan limbah dan kendaraan listrik adalah strategi realistis menghadapi penurunan daya tarik sektor batu bara.
 
“Model bisnis TBS kini bergerak di jalur yang lebih future-proof. Mereka tidak lagi bergantung pada siklus komoditas, tetapi pada recurring revenue yang berbasis layanan dan keberlanjutan,” katanya.

Di lini transportasi rendah emisi, Electrum mencatat lebih dari 6.400 unit motor listrik yang telah beroperasi hingga September 2025, disertai dengan 364 stasiun penukaran baterai aktif.

Jumlah motor tersebut tumbuh hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, sementara jaringan stasiun baterai meningkat sekitar 54 persen. Ekspansi ini turut mendukung kontribusi TBS dalam mengurangi emisi karbon hingga 25 ton CO₂ per hari.

Di sektor energi bersih, TBS telah menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Sumber Jaya berkapasitas 6 MW di Lampung, yang mulai beroperasi penuh sejak Januari 2025.

Sementara itu, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Tembesi di Batam dengan kapasitas 46 MWp mencatat kemajuan konstruksi yang signifikan dan ditargetkan beroperasi secara komersial (COD) pada pertengahan 2026.

Selain itu, TBS juga menyiapkan rencana pengembangan pembangkit hijau berkapasitas lebih dari 370 MW hingga 2030 mendatang.

Leo mengatakan proyek-proyek ini memperkuat positioning TBS sebagai pionir korporasi yang fokus pada pengalihan modal ke bisnis hijau.

“Kalau dilihat dari pipeline proyek terbarukan TBS, jelas mereka menargetkan pertumbuhan organik yang konsisten hingga 2030. Ini langkah konkret, bukan simbolik,” ujarnya.

Transformasi TBS kini bertumpu pada tiga fondasi strategis, yaitu waste management, ekosistem kendaraan listrik (EV ecosystem), dan energi terbarukan (renewable energy). Ketiga pilar ini saling melengkapi dalam mendukung target perusahaan untuk mencapai netral karbon pada 2030.

Dengan posisi kas yang kuat mencapai USD89 juta serta struktur keuangan yang sehat, tercermin dari rasio utang terhadap ekuitas (DER) di bawah dua kali, TBS memiliki ruang ekspansi yang luas tanpa menekan neraca keuangan.

Leo menyebut, transformasi TBS sebagai salah satu contoh paling progresif di sektor energi Indonesia.

“Mereka sudah menutup pintu masa lalu berbasis batu bara, dan membuka tiga pintu baru yang semuanya berorientasi keberlanjutan. Jika strategi ini konsisten, valuasi pasar TBS bisa mencerminkan premium ESG di masa depan,” tutur Leo. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement