Beban pokok pendapatan naik 14 persen, terutama akibat biaya pembelian TBS (+14 persen) dan biaya panen (+10 persen). Namun, kenaikan beban produksi relatif terkendali mengingat peningkatan produktivitas mampu menutupi biaya.
"Harga CPO juga terus meningkat, didukung oleh pasokan minyak nabati global yang makin menipis," tulis TAPG.
Sebagian besar bisnis TAPG tetap didominasi sawit dan turunannya. Untuk karet, kinerjanya tidak terlalu baik sejalan dengan produksi yang turun 30 persen untuk Slab dan RSS.
Perseroan optimistis prospek CPO hingga akhir tahun 2025, terutama didukung oleh tanaman yang masih memasuki usia produktif dan cuaca yang baik. Dengan teknologi yang dimiliki, operasional perseroan juga akan tetap efisien di seluruh perkebunan TAPG.
Selain itu, di tengah pasokan yang semakin terbatas dan kebijakan biodiesel oleh pemerintah RI akan menguntungkan harga-harga produk perseroan seperti CPO, PK, dan PKO. Namun, risiko masih tetap ada terutama dari sisi global akibat kebijakan tarif AS.
(Rahmat Fiansyah)