sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Menguat Terdorong Inflasi yang Mereda dan Reli Saham Perbankan

Market news editor Anggie Ariesta
16/01/2025 07:00 WIB
Wall Street menguat dengan S&P 500 ditutup naik tajam pada Rabu (15/1/2025) waktu setempat. Hal itu dipicu inflasi yang mereda dan reli saham perbankan.
Wall Street Menguat Terdorong Inflasi yang Mereda dan Reli Saham Perbankan. (Foto: MNC Media)
Wall Street Menguat Terdorong Inflasi yang Mereda dan Reli Saham Perbankan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Utama Wall Street menguat dengan S&P 500 ditutup naik tajam pada perdagangan Rabu (15/1/2025) waktu setempat. Hal itu dipicu inflasi yang mereda dan reli saham perbankan akibat laba yang kuartalan yang meningkat.

Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average naik 703 poin atau 1,65 persen ke 43.221,36, indeks S&P 500 naik 1,83 persen ke 5.949,81, dan NASDAQ Composite naik 2,45 persen ke 19.511,23.

Sentimen di bursa saham Amerika Serikat (AS) itu telah meningkat sejak Rabu (15/1/2025) setelah data menunjukkan indeks harga konsumen inti meningkat sebesar 0,4 persen bulan ke bulan (mtm) pada Desember, sedikit lebih cepat dari laju 0,3 persen pada bulan sebelumnya.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, IHK naik 2,9 persen, naik dari 2,7 persen pada November.

Namun, kejutan datang dari data inflasi inti yang menghilangkan komponen yang mudah berubah seperti bahan bakar dan makanan. Angka ini naik 0,2 persen per bulan dan 3,2 persen per tahun, di bawah ekspektasi masing-masing sebesar 0,3 persen dan 3,3 persen.

Meski begitu, beberapa pihak di Wall Street terus melihat risiko inflasi dan menegaskan kembali ekspektasi hanya satu kali pemangkasan tahun ini.

"Dasar kami tetap untuk satu pemangkasan 25 bps lagi dari FOMC, dengan waktu yang paling mungkin adalah Maret atau Mei. Risiko tetap condong ke tanggal selanjutnya," kata Macquarie dalam sebuah catatan.

Menjelang laporan tersebut, kekhawatiran telah muncul seputar inflasi yang terus berlanjut, terutama setelah data ketenagakerjaan yang sangat menggembirakan minggu lalu. Rencana Presiden terpilih Donald Trump untuk mengenakan tarif ketat pada sekutu dan musuh juga telah memicu kekhawatiran seputar tekanan harga.

Pasar memosisikan diri untuk laju pemangkasan suku bunga yang jauh lebih lambat pada 2025, dengan Federal Reserve (The Fed) memperkirakan hanya dua kali pemangkasan suku bunga, sebuah tren yang dapat menjadi pertanda buruk bagi aset yang didorong oleh risiko.

Ada kekhawatiran sebelum rilis ini bahwa The Fed mungkin benar-benar dipaksa oleh inflasi yang tinggi untuk menaikkan suku bunga tahun ini.

Di sektor korporat, sejumlah bank besar mengesankan dengan laba kuartalan terbaru mereka pada Rabu, memberikan dorongan pada reli pasar saham pasca-pemilu yang memudar.

Saham JPMorgan Chase (NYSE:JPM) naik 2 persen setelah raksasa perbankan investasi itu membukukan rekor laba tahunan. Bank Wall Street itu juga menggembar-gemborkan peningkatan pembelian kembali saham.

Saham Goldman Sachs (NYSE:GS) melonjak 6 persen setelah laba bank investasi itu meningkat lebih dari dua kali lipat pada kuartal keempat, didorong oleh hasil pembacaan yang kuat.

Saham Wells Fargo (NYSE:WFC) naik hampir 7 persen setelah pemberi pinjaman itu melaporkan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal keempat, didukung oleh pendapatan perbankan investasi yang lebih kuat. 

Sementara itu, BlackRock Inc (NYSE:BLK) naik 5 persen setelah melaporkan kenaikan pada laba bersih dan laba kotor karena asetnya mencapai rekor tertinggi pada kuartal 4-2024.

Beacon Roofing Supply Inc (NASDAQ:BECN) naik lebih dari 7 persen setelah distributor produk bangunan itu mengatakan QXO telah membuat kesepakatan senilai USD11 miliar untuk membeli perusahaan tersebut.

Sentimen lainnya datang dari Presiden Joe Biden yang mengonfirmasi pada Rabu bahwa Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata dan penyanderaan untuk mengakhiri perang selama 15 bulan di Jalur Gaza.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement