sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Pekan Depan Masih Dibayangi Sikap Hawkish The Fed

Market news editor Anggie Ariesta
24/09/2023 07:00 WIB
Fed memproyeksikan akan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih lama dari perkiraan, sehingga memicu aksi jual saham dan obligasi.
Wall Street Pekan Depan Masih Dibayangi Sikap Hawkish The Fed. Foto: MNC Media.
Wall Street Pekan Depan Masih Dibayangi Sikap Hawkish The Fed. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Wall Street pekan depan akan dibayangi sikap hawkish dari Federal Reserve (The Fed), melonjaknya imbal hasil (yield) Treasury, dan penutupan pemerintahan (government shutdown) yang semakin menambah serangkaian risiko bagi investor.

Mengutip Reuters, Sabtu (23/9/2023), saham-saham AS merosot lebih dari 6% dari nilai tertingginya di akhir Juli 2023, dan minggu terakhir ini merupakan minggu yang sangat menegangkan.

The Fed memproyeksikan akan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih lama dari perkiraan, sehingga memicu aksi jual saham dan obligasi AS.

Indeks S&P 500 (.SPX) anjlok 2,9% minggu ini, menjadi penurunan mingguan terbesar sejak Maret. Data penelitian BoFA Global menunjukkan bahwa investor menjual ekuitas global pada tingkat tercepat tahun ini, dengan jumlah bersih USD16,9 miliar yang keluar dari saham dalam sepekan hingga Rabu. 

"Kami mengalami pertumbuhan yang kuat selama bulan-bulan musim panas, namun kami sedang memasuki periode di mana terdapat risiko signifikan terhadap perekonomian," ujar ahli strategi investasi senior di Allianz Investment Management, Charlie Ripley, dilansir dari Reuters. 

 "Investor melihat alasan untuk mengambil risiko dan itu akan mengurangi minat terhadap saham," imbuh dia.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun, yang bergerak berbanding terbalik dengan harga, mendekati level tertinggi dalam 16 tahun. Imbal hasil Treasury yang tinggi mengurangi daya tarik saham dengan menawarkan investor pembayaran menarik atas investasi yang dianggap bebas risiko.

Pelaku pasar juga bergulat dengan beberapa potensi ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi AS, yang ketahanannya pada tahun ini telah membantu mendorong saham-saham lebih tinggi.

Adapun yang paling utama adalah tantangan yang ditimbulkan oleh suku bunga yang lebih tinggi.

"The Fed terlalu percaya diri dengan narasi soft-landing," ujar Kepala ekonom di Annex Wealth Management, Brian Jacobsen.

 "Kepercayaan diri The Fed berbahaya karena mereka akan mengabaikan tanda-tanda awal pelemahan," tambah Jacobsen.

Risiko lainnya termasuk tingginya harga minyak, dimulainya kembali pembayaran pinjaman mahasiswa pada bulan Oktober, dan penutupan pemerintah yang akan dimulai jika anggota parlemen tidak dapat meloloskan anggaran pada tanggal 30 September mendatang.

Faktor musiman juga terlihat suram, setidaknya untuk jangka pendek. S&P 500 memasuki rentang 10 hari terlemah sepanjang tahun ini pada 18 September, menurut BofA Global Research. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement