sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

5 Cara Mengatur Keuangan Ketika Krisis, Tips Mengantisipasi Risiko Finansial

Milenomic editor Kurnia Nadya
04/06/2025 16:30 WIB
Dengan pengelolaan uang yang baik, individu dapat lebih siap mengantisipasi kejadian-kejadian tidak terduga.
5 Cara Mengatur Keuangan Ketika Krisis, Tips Mengantisipasi Risiko Finansial. (Foto: Freepik)
5 Cara Mengatur Keuangan Ketika Krisis, Tips Mengantisipasi Risiko Finansial. (Foto: Freepik)

IDXChannel—Bagaimana cara mengatur keuangan ketika krisis? Dalam kondisi krisis, individu dianjurkan memiliki dana darurat dan pengelolaan uang yang baik agar dana yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan dan mengantisipasi kejadian tak terduga. 

Saat negara tengah krisis—baik karena ekonomi, pandemi, atau geopolitik—kegiatan perekonomian dalam negeri berpotensi menurun dan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja, penurunan daya beli, hingga inflasi. 

Pada masa pandemi Covid-19 contohnya, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, secara bersamaan banyak pelaku UMKM mengalami penyusutan omzet meskipun tidak sedikit yang berhasil mendulang cuan karena sukses memanfaatkan peluang. 

Dengan pengelolaan uang yang baik, individu dapat lebih siap mengantisipasi kejadian-kejadian tidak terduga, terutama kejadian yang berpotensi menguras sumber pemasukannya. 

Kejadian seperti mendadak sakit keras, terkena kecelakaan dengan biaya operasi yang tidak sepenuhnya ditanggung BPJS Kesehatan, mengalami pencurian aset, atau terkena PHK secara mendadak. 

Melansir Media Keuangan Kemenkeu (4/6/2025), berikut ini adalah cara mengatur keuangan ketika krisis. 

5 Tips dan Cara Mengatur Keuangan Ketika Krisis 

1. Siapkan Dana Darurat Lebih Besar

Pengumpulan dana darurat umumnya dianjurkan sebanyak satu bulan gaji dikali 3-6 bulan, dengan asumsi satu bulan gaji untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Namun dengan kondisi yang serba tidak pasti, dana darurat mesti disiapkan lebih besar. 

Waktu 3-6 bulan itu mengacu pada perkiraan waktu yang dibutuhkan individu untuk mendapatkan pekerjaan baru. Sementara dalam kondisi krisis, bisa jadi orang-orang memerlukan waktu yang lebih panjang untuk diterima kerja. 

Alokasi minimal 10-20 persen dari gaji bulanan untuk disisihkan menjadi tabungan dana darurat. Anda dapat memanfaatkan instrumen investasi minim risiko dan stabil seperti obligasi FR untuk mengembangkan dana tersebut. 

2. Pastikan Utang Terlunasi 

Jika Anda memiliki utang, pastikan pembayaran utang tetap on the track, alias tetap dalam jalur kepatuhan pembayaran. Tujuannya agar beban finansial cepat berkurang dan terhindar dari risiko bunga dan gagal bayar. 

Dalam kondisi krisis, sebisa mungkin hindarilah utang karena utang hanya akan menambah beban keuangan. Oleh sebab itu dana darurat sangat penting dan dapat menjadi jaring pengaman yang melindungi individu dari risiko utang. 

3. Utamakan Kebutuhan Hidup 

Atur pengeluaran uang dengan mengutamakan kebutuhan pokok untuk hidup. Buatlah daftar biaya pengeluaran tetap selama satu bulan. Mulai dari listrik, pulsa, bensin, PDAM, gas, air minum, bahan makanan, produk perawatan tubuh dan rumah, dan sebagainya. 

Tunda dulu pengeluaran-pengeluaran tersier yang sifatnya kurang penting dan dapat ditunda atau diganti dengan jasa atau barang yang lebih murah. Misalnya mengurangi kebiasaan jajan, menurunkan paket langganan streaming, dan sebagainya. 

Jika sulit menentukan skala prioritas, buatlah catatan semua pengeluaran selama sebulan. Lalu coret kebutuhan yang sekiranya dapat ditunda dan tidak akan mengganggu kelayakan  dan kelangsungan hidup. 

4. Upayakan Cari Penghasilan Alternatif 

Untuk menambah pemasukan, Anda dapat mulai mencari penghasilan tambahan. Bisa dengan mengambil pekerjaan lepas (freelance), atau bisnis kecil-kecilan yang tidak terlalu memakan waktu dan tenaga, dan dapat dilakukan dengan mudah. 

Tambahan pemasukan ini berguna untuk menambah ruang gerak Anda dalam mengatur keuangan selama satu bulan. Sisa uang yang dapat dihemat dan ditabung sebagai dana darurat akan bertambah. 

5. Berinvestasi dengan Aman 

Investasi yang aman untuk menghadapi krisis adalah investasi minim risiko dengan pergerakan harga stabil. Yakni surat berharga negara. Emas memang instrumen investasi yang aman, tetapi pembelian di harga pucuk sebaiknya dihindari. 

Karena emas adalah instrumen investasi jangka panjang, sehingga Anda akan merugi jika menjual emas dalam jangka pendek ketika butuh uang mendesak. Sementara SBN lebih stabil dan menawarkan kepastian pembayaran bunga (kupon). 

Itulah beberapa tips dan cara mengatur keuangan ketika krisis yang dapat dipertimbangkan. 


(Nadya Kurnia)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement