3. Memiliki Hubungan Sehat dengan Orang Tua
Sebuah reviu studi yang dilakukan University of Illinois menyebutkan bahwa keluarga yang berkonflik cenderung memberikan dampak negatif pada tumbuh kembang anak. Robert Hughues Jr., seorang profesor di University of Illinois mengatakan anak-anak dengan keluarga dapat berkembang lebih baik.
Suasana rumah tangga yang sehat menentukan kesehatan mental seorang anak, dan memberikan peluang kepada anak untuk tumbuh dengan baik secara akademik maupun personal tanpa tekanan berlebihan dari stress.
Sementara anak-anak dengan suasana rumah tangga yang tidak sehat, cenderung mudah stress. Sedangkan untuk belajar dan berkembang dengan sehat, seorang anak mestinya tidak terpapar dengan hal-hal yang membuatnya stress.
Meskipun demikian, memang ada orang-orang sukses dari keluarga berkonflik dan tumbuh dalam suasana rumah yang tidak menyenangkan. Namun kesuksesan yang mereka dapatkan, diraih dengan jalan yang lebih sulit berkali-kali lipat.
Sebab mereka harus ‘berjuang’ menghadapi situasi yang tidak sehat sejak kecil dan digembleng dengan kenyataan hidup yang pahit.
4. Menghargai Usaha dan Berani Gagal
Umumnya, orang-orang beranggapan bahwa kesuksesan sebagai sesuatu yang linear, yakni hasil dari kecerdasan otak. Padahal, kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan semata.
Orang yang sukses dibiasakan sejak kecil untuk memiliki mindset ‘bertumbuh’ (growth mindset), yakni pola pikir bertumbuh yang menghargai proses, upaya, dan kegagalan. Kegagalan tidak dianggap sebagai kebodohan, tapi sebagai bukti pembelajaran dan upaya untuk mengasah kemampuan.
Anak yang terbiasa menyikapi keberhasilan ujian sebagai hasil murni dari kecerdasannya, berpotensi mengembangkan pola pikir tetap (fixed mindset), yakni pola pikir yang percaya bahwa kesuksesan murni dihasilkan oleh kecerdasan belaka.
Sementara anak yang dibiasakan untuk terus berupaya melatih kemampuan dan terus mencoba saat gagal, berpeluang untuk mengembangkan pola pikir yang bertumbuh, yang kelak membiasakannya untuk berani gagal dan tidak enggan untuk mengembangkan skill.
5. Diajarkan Kegigihan (GRIT)
Grit diperkenalkan oleh seorang profesor psikologi di University of Pennsylvania, yakni Angle Duckworth. Dia juga merupakan penulis dari buku best seller ‘Grit - Why Passion and Resilience are The Secrets to Success.’
Duckworth menyebutkan grit atau kegigihan adalah faktor penting penentu kesuksesan di masa depan. Grit tidak hanya mengedepankan kerja keras, melainkan upaya jangka panjang untuk meraih sesuatu.
Teori yang dikemukakan Duckworth masih berkaitan dengan growth mindset, dia meyakini bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh bakat, tapi juga oleh kegigihan seseorang untuk mengasah kemampuan dan menggeluti bidang bakatnya.
Seorang anak yang dibiasakan untuk gigih mengasah kemampuan dan bakat alaminya, berpeluang untuk mengembangkan pola pikir pantang menyerah dan tidak mandeg atau terpatok mengandalkan bakat tanpa meningkatkan keahliannya.
Namun selain kelima ciri-ciri di atas, kesuksesan seorang anak di masa depan juga bisa dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tuanya. Karena anak-anak tersebut memiliki keistimewaan untuk mengakses pendidikan terbaik dan lingkungan yang tepat.
Anak-anak dari keluarga miskin pun berpeluang untuk sukses, tapi dengan perjalanan yang lebih berat dibanding anak-anak dari keluarga dengan perekonomian cukup.
Itulah penjelasan singkat tentang ciri-ciri orang sukses dari kecil yang menarik untuk diketahui.
(Nadya Kurnia)