2. Sulit Berhenti Meskipun Kondisi Keuangan Memburuk
Ciri lain yang dapat dilihat dan dideteksi adalah: kebiasaan belanja impulsif yang sulit dihentikan sekalipun kondisi keuangannya tidak memungkinkan dan tidak mencukupi untuk membiayai pembelian barang tersebut.
Dalam hal ini, si pecandu bisa saja nekat memanfaatkan fasilitas paylater atau kartu kredit untuk memenuhi keinginan belanjanya, meskipun pengeluaran sudah lebih besar dibanding pemasukannya.
Si pecandu tanpa sadar berupaya merasionalisasi kondisi keuangan dan memberikan sugesti positif yang salah sasaran pada dirinya sendiri. Misalnya, terus menerus meyakinkan diri bahwa dia mampu membereskan utang dan keuangannya.
3. Kondisi Keuangannya Sering Negatif
Karena terbiasa belanja dan pengeluarannya tidak terkontrol karena rasionalisasi-rasionalisasi salah sasaran itu, pecandu belanja akhirnya terjebak dalam kondisi keuangan yang buruk.
Gajinya cepat habis dalam waktu singkat untuk belanja dan pembayaran utang, dan membuatnya terjebak dalam gaya hidup ‘living paycheck to paycheck’, alias gaji tidak pernah tersisa, bahkan kondisi keuangannya bisa negatif karena utang.
4. Merasa Senang Sesaat Setelah Belanja
Salah satu ciri lain adalah merasa senang atau gembira yang intens setelah belanja, atau ketika barang yang dibelinya sampai. Ini terjadi karena biasanya seorang pecandu belanja menggunakan kegiatan belanja sebagai pelampiasan.
Saat melihat barang baru yang dibelinya, dia merasa puas dan senang, rasa senang ini menyerupai euforia. Namun rasa senang ini tidak bertahan lama, karena setelahnya dia akan menyadari keputusannya untuk belanja kurang bijak.