2. Gunakan Sistem Anggaran 50/30/20
Metode ini cukup populer dan mudah diterapkan.
- 50 persen untuk kebutuhan pokok (makan, tempat tinggal, transportasi, dan lain-lain).
- 30 persen untuk keinginan (nongkrong, liburan, self-reward).
- 20 persen untuk tabungan dan investasi.
Anda juga bisa menentukan sesuai kondisi dan kebutuhan. Misalnya, 50 persen kebutuhan, 25 persen tabungan, 15 persen keinginan, dan 10 persen healing. Dengan begini, Anda tetap realistis dengan kondisi keuangan tapi tetap memberi ruang buat rehat mental.
3. Buat Rekening Khusus untuk Healing
Strategi ini sangat efektif untuk menghindari “besar pasak daripada tiang.” Coba pisahkan rekening untuk kebutuhan harian, tabungan jangka panjang, dana healing, dan lain-lain.
Setiap kali gajian, langsung transfer ke rekening healing, walau cuma Rp100.000–Rp200.000. Jangan tunggu sisa akhir bulan, karena biasanya habis tak bersisa.
4. Tentukan Jadwal Healing Berkala
Healing tidak harus setiap minggu, kok. Anda bisa tentukan jadwal tetap yang realistis, misalnya staycation setiap 6 bulan sekali, spa atau me-time sebulan sekali, atau liburan tahunan ke tempat impian. Dengan jadwal yang terencana, Anda bisa alokasikan dana secara bertahap tanpa harus mengorbankan pengeluaran penting lainnya.
5. Jangan Tergoda Tren Sosial Media
Media sosial sering kali menampilkan kehidupan ideal yang bikin kita merasa harus ikut-ikutan. Padahal, healing versi orang lain belum tentu cocok untuk Anda. Bijaklah dalam menilai apa yang Anda butuh, bukan sekadar yang terlihat keren. Prioritaskan kenyamanan dan ketenangan pikiran, bukan validasi digital.