IDX Channel - Tingginya harga bahan baku menjadi salah satu tantangan dalam menjalankan bisnis. Tak hanya itu, dibutuhkan pula ide kreatif dan keberanian untuk mengeksplorasi, memanfaatkan, dan membuat solusi yang tak terpikirkan hingga akhirnya mampu menghasilkan produk yang memiliki daya tarik tersendiri.
Terlebih lagi, bisnis juga tidak melulu bicara soal keuntungan, strategi, dan harga. Tetapi juga harus ada memikirkan manfaatnya bagi masyarakat luas. Seperti halnya yang dilakukan oleh Hijrah Purnama Putra, Founder Butik Daur Ulang Project B Indonesia.
Uniknya, keberanian mengeksplorasi sampah ini bermula dari rasa risih Hijrah terhadap sampah yang dibiarkan berserakan. Bermodalkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, Hijrah dan teman-temannya mampu menyulap sampah dan barang-barang bekas menjadi sebuah produk unik yang khas, berupa tas, dompet, lamping alas makan, tempat pensil, dan produk fungsional lainnya.
Lalu, bagaimana Hijrah dan teman-temannya menjalankan bisnis dengan konsep daur ulang sampah hingga akhirnya mendulang pundi-pundi Rupiah?
Dalam siaran langsung Instagram bersama IDX Channel pada Rabu (15/3/2023), Hijrah Purnama Putra selaku Founder dari Butik Daur Ulang Project B Indonesia mengatakan, ia memulai kegiatan daur ulang ini sejak tahun 2008. Namun, baru diresmikan sebagai usaha pada tahun 2010.
“Dimulai sejak tahun 2008, awalnya tidak dilakukan secara serius sebagai bisnis, tetapi seiring berjalannya waktu produk yang dihasilkan semakin banyak dan pasar pun mulai terlihat,” kata Hijrah.
Menurut Hijrah, keputusan untuk memfokuskan bisnis daur ulang ini juga berawal dari niatnya memberikan dampak positif pada lingkungan. Semakin banyak sampah yang dikelola, maka akan semakin banyak pula dampak positif yang diterima oleh lingkungan.
“Ketika dikerjakan dengan serius sampah yang dikelola juga semakin banyak dan berdampak baik pada lingkungan. Akhirnya, pada tahun 2010 terpilihlah nama untuk memasarkan produk-produk tersebut dengan Project B Indonesia,” ungkap Hijrah.
Dia menerangkan, proses pengelolaan sampah hingga akhirnya menjadi barang fungsional siap jual harus dilakukan dengan serius melalui beberapa tahapan. Sebab, limbah berupa sampah-sampah plastik ini perlu dilakukan pembersihan hingga akhirnya steril dan bersih ketika sampai di tangan konsumen.
“Proses awalnya, sampah yang kita dapatkan dari masyarakat, karena bentuknya sampah berarti harus ada proses yang dilakukan sebelum menjadi produk. Jadi kita proses mulai dari pencucian, pemilihan warna, ukuran, sehingga menjadi bahan baku yang siap diproduksi,” ungkap Hijrah.
Pengelolaan bahan baku dalam usaha daur ulang sampah tersebut, sebagian besar dilakukan dengan cara dijahit. Namun ada pula yang diproduksi dengan cara dilipat, dianyam, dan dirajang.
(Penulis: Rissa Sugiarti/Magang)
(YNA)