IDXChannel – Biaya bensin ojek online atau ojol per hari tengah menjadi perbincangan usai adanya rencana perubahan skema subsidi BBM.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa layanan ojek daring (ride hailing) atau yang lebih dikenal sebagai ojek online (ojol) akan dikeluarkan dalam rancangan kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini lantaran menurutnya ojol tak termasuk moda transportasi umum berpelat kuning.
Di sisi lain, asosiasi pengemudi ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) pun tegas menolak rencana perubahan skema subsidi BBM yang hanya diperuntukkan bagi kendaraan pelat kuning dan menjadi berbasis Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Lantas, berapa sebenarnya biaya bensin ojol per hari jika tidak disubsidi? IDXChannel mengulas penjelasan lengkapnya sebagai berikut.
Biaya Bensin Ojol per Hari
Pengeluaran utama para pengemudi ojek online (ojol) didominasi oleh bahan bakar minyak (BBM), yang menjadi kebutuhan vital dalam menunjang aktivitas sehari-hari mereka. Sebagai tulang punggung transportasi berbasis aplikasi, efisiensi penggunaan BBM menjadi salah satu perhatian utama para pengemudi untuk mengoptimalkan penghasilan di tengah fluktuasi harga bahan bakar. Apalagi, adanya rencana penghapusan ojol dari rancangan kebijakan BBM bersubsidi tentunya akan semakin memberatkan.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Gabungan Aksi Roda Dua atau Garda, Igun Wicaksono, pengeluaran pengemudi ojol untuk BBM per harinya bisa mencapai 50-60 persen dari total. Hal senada juga diungkapkan Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Lily Pujiati,. Menurut Lily, biaya BBM bagi ojol dan kurir rata-rata per hari bisa mencapai Rp30-Rp40 ribu. Sementara taksol rata-rata mencapai Rp150 ribu per hari. Padahal, pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh per harinya berkisar Rp50-Rp100 ribu untuk roda 2 maupun roda 4.
Lily juga mengungkapkan bahwa pencabutan subsidi ini tentunya akan semakin memberatkan karena pengemudi sudah menanggung banyak biaya operasional seperti biaya parkir, servis kendaraan, suku cadang, biaya pulsa, paket data, cicilan kendaraan, cicilan atribut (helm, jaket, tas) dan lain sebagainya. Ditambah juga ada potongan platform yang besarannya mencapai 25-70 persen.
Ketika biaya operasional ojol melonjak karena pencabutan BBM subsidi, maka beban jelas akan dirasakan oleh para pengemudi ojol. Pasalnya, biaya BBM tak akan mungkin ditanggung oleh perusahaan aplikasi ride hailing, seperti Gojek, Grab, Maxim, atau yang lainnya.
Selain itu, penghapusan BBM subsidi terhadap ojol juga bisa berdampak kepada perekonomian Masyarakat. Bukan hal yang tidak mungkin jika kebijakan ini akan memicu kenaikan inflasi. Menurut analisa Bank Indonesia, peningkatan tarif transportasi karena penghapusan subsidi ini bisa memicu inflasi hingga 0,5 persen dalam waktu enam bulan.