Menurut Ketua Umum Asosiasi Gabungan Aksi Roda Dua atau Garda, Igun Wicaksono, pengeluaran pengemudi ojol untuk BBM per harinya bisa mencapai 50-60 persen dari total. Hal senada juga diungkapkan Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Lily Pujiati,. Menurut Lily, biaya BBM bagi ojol dan kurir rata-rata per hari bisa mencapai Rp30-Rp40 ribu. Sementara taksol rata-rata mencapai Rp150 ribu per hari. Padahal, pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh per harinya berkisar Rp50-Rp100 ribu untuk roda 2 maupun roda 4.
Lily juga mengungkapkan bahwa pencabutan subsidi ini tentunya akan semakin memberatkan karena pengemudi sudah menanggung banyak biaya operasional seperti biaya parkir, servis kendaraan, suku cadang, biaya pulsa, paket data, cicilan kendaraan, cicilan atribut (helm, jaket, tas) dan lain sebagainya. Ditambah juga ada potongan platform yang besarannya mencapai 25-70 persen.
Ketika biaya operasional ojol melonjak karena pencabutan BBM subsidi, maka beban jelas akan dirasakan oleh para pengemudi ojol. Pasalnya, biaya BBM tak akan mungkin ditanggung oleh perusahaan aplikasi ride hailing, seperti Gojek, Grab, Maxim, atau yang lainnya.
Selain itu, penghapusan BBM subsidi terhadap ojol juga bisa berdampak kepada perekonomian Masyarakat. Bukan hal yang tidak mungkin jika kebijakan ini akan memicu kenaikan inflasi. Menurut analisa Bank Indonesia, peningkatan tarif transportasi karena penghapusan subsidi ini bisa memicu inflasi hingga 0,5 persen dalam waktu enam bulan.