IDXChannel - Pasar baju bekas (second) eks luar negeri yang berada di kawasan Pasar Angsoduo Baru di Pasar, Kota Jambi masih menjadi buruan warga. Tidak hanya warga lokal Jambi, luar kota hingga Pulau Jawa, bahkan dari luar negeri tertarik untuk membeli produk yang juga sering populer disebut barang jadi (BJ) tersebut.
Sekadar diketahui, pakaian impor ini bukan pakaian bekas pakai, tapi pakaian baru hasil cuci gudang dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Korea dan Jepang.
Namun, sejak didera pandemi Covid-19 bisnis pakaian bekas eks luar negeri ini di Jambi ikut terdampak.
Niken, salah seorang pedagang BJ di Blok A, Pasar Angsoduo Baru, Pasar Jambi mengaku penghasilannya menurun drastis.
"Banyak menurunnya Pak. Ini karena Covid-19, jadi jauh menurunnya dari tahun kemarin. Biasa sehari bisa mendapatkan keuntungan Rp5 juta saat ini satu juta susah," ujarnya, Senin (28/2/2022).
Dia menambahkan, meski dibilang pakaian bekas, tapi kondisinya masih bagus. "Walaupun bekas, tapi kualitasnya bagus dan ori (asli)," tandasnya.
Pembelinya bukan hanya dari lokal Jambi saja, tapi dari luar Jambi, Jawa hingga luar negeri.
"Yang beli bisa dari Padang, Bandung, Lampung, Riau juga dari Jawa, bahkan juga ada dari orang luar negeri nyari baju bekas,' ungkap Niken.
Menurutnya, para pembeli tertarik memiliki dan menggunakan baju bekas ini lantaran berbeda dari produk lokal.
"Mereka tertarik ke sini, karena kualitas bajunya bagus, baju lokal juga bagus. Cuma, mereka banyak mencari yang luar karena harganya cukup terjangkau. Walaupun bekas, tapi kualitasnya bagus dan masih ori," ujarnya.
Dia berharap, momen Hari Raya Idul Fitri bisa ramai kembali. "Semoga di momen puasa Ramadan dan lebaran Idul Fitri ini perekonomian Indonesia pulih lagi dan bisnis pakaian bekas import ini bisa lancar lagi," imbuh Niken.
Hal serupa dikatakan Restu, sejak pandemi Covid-19 barang bekas miliknya, seperti baju, jaket, training, jens dan pakaian wanita tersedia, tapi pengunjung sedikit.
"Barang kami banyak, tapi pengunjung kurang dan bisa dihitung yang datang. Pengaruh ekonomi saat ini kali ya," tuturnya.
Menurutnya, pakaian bekas yang dijual di tokonya termasuk barang ternama semua. "Branded semua, harganya bisa dari yang murah sekitar 50 ribu hingga ratusan ribuan dan bahkan bisa jutaan rupiah."
Diakuinya, sejak pandemi harga pakaian bekas ikut naik juga. "Kami belinya dari toke (bos) yang ada disini (Jambi). Kalau pembelian tergantung, bisa dua minggu sekali," ujarnya.
Sedangkan Yola, mengaku sejak kondisi pandemi ini, omsetnya turun hingga 50 persen. Menurutnya, barang Singapura itu statusnya saja second, tapi barang baru "Barang branded semua," tandasnya.
Sementara di tokonya yang cukup besar ini, selain menjual pakaian dewasa, juga ada pakaian anak-anak. Bahkan, pakaian dalam wanita (bra) juga ada.
"Kita jual pakaian dalam bra ini banyak yang beli. Alasan mereka, dapat barang branded dengan harga miring. Kalau harga bisa 50 ribu," kata Yola. Dirinya juga mengungkapkan, ada juga pedagang online yang ambil barang bekas disini. "Mereka beli, kemudian dicuci, setrika dan dijual secara online," tuturnya.
Pembeli tidak perlu khawatir, karena stok selalu berganti. "Kami bongkar barang, bisa 3 kali sebulan. Biasanya 1 bal, bisa berisi 250 pcs pakaian," pungkas Yola. (FHM)