Acara Rutin Studio Gigs
Menjelang era-2000-an, kehidupan malam di kawasan itu mulai ditinggalkan seiring munculnya kawasan Kemang, Mangga Besar, dan tempat lainnya di pelosok Jakarta.
Sejarah Dukuh Atas, dari Tempat Nongkrong Anak Muda hingga Citayam Fashion Week. (FOTO : MNC Media)
Namun demikian, tempat itu tetap ramai dan penuh padat karena lokasinya yang tidak jauh dari stasiun kereta api listrik (KRL).
Karena itu, sesekali pada waktu weekend di periode itu, kawasan Dukuh Atas kerap menjadi acara musik oleh beberapa Band Anti Mainstream, seperti Metal, Hardcore, hingga Punk. Beberapa bar yang mulai sepi mulai berubah menjadi studio-studio gigs.
Karenanya tidak heran ketika acara berlangsung, mudah ditemukan beberapa remaja dengan tampilan yang nyentrik.
Berganti Perkantoran
Kian laun kawasan itu pun mulai terhimpit dengan beberapa bangunan yang menjulang tinggi. Gedung-gedung pencakar langit membuat bar-bar terpaksa tutup. Para pemilik kemudian memilih melepaskan lahannya dan tergantikan oleh gedung perkantoran.
Cerita malam dan tumbuhanya musik anti mainstream lambat laun terkikis dan terganti dengan para pria metroseksual dan para wanita karir yang hilir mudik di kawasan itu.
Lokasi Strategis
Sadar akan lokasi yang begitu strategis lantaran di tengah jantung Jakarta. Kawasan Dukuh Atas berbenah, pembangunan skatepark mulai dilakukan di seberang kawasan menuju arah setia budi.
PT KAI dan Kementrian Perhubungan selaku operator Kereta juga mulai membangun Stasiun BNI City yang menjadi cikal bakal KA Bandara.
Tidak mau kalah, Pemprov DKI yang kala itu sibuk dengan proyek MRT juga ikut membangun stasiun bawah tanah disana. Kawasan itu menjadi penuh sesak lantaran transportasi yang mulai tanpa sadar terintegrasi.
Puncaknya terjadi pada tahun 2019, hampir semua transportasi ibukota berkumpul, mulai dari KRL, TransJakarta, MRT, hingga KA Bandara. Menjadikan kawasan ini sebagai lokasi Transit Oriented Development (TOD) terbesar dan pertama di Jakarta.
Majunya kawasan Dukuh Atas, membuat Pemprov DKI berani mengambil sikap dengan menutup jalan Tanjung Karang menuju jalan Kendal dari segala jenis kendaraan. Masyarakat lambat laun bisa berjalan kaki menikmati trotoar yang begitu luas dan menyaksikan indahnya terowongan kendal yang begitu artistik.