Sebagai pebisnis, Dea juga dihadapkan dengan konsumen yang melakukan komplein terhadap produk bisnisnya. Sebagai owner, Dea memberikan pilihan terhadap konsumen melalui prosedur-prosedur.
“Yang pertamakali kita tawarin, yang pasti kita akan mengirim ulang yang baru. Tetapi kalau dia (konsumen) enggak mau, kita akan full refund,” ujarnya.
Agar bisnisnya dapat dijangkau seluas mungkin, Dea mengatur strategi pemasaran bisnisnya. Dia mengakui, mengatur pemasaran menjadi hal yang paling susah dilakukan.
Menurutnya, membuat konten sangat membantu untuk membuat customer membeli, tetapi membuat konten yang sesuai dengan selera bisnisnya adalah tantangan tersendiri.
“Walau sudah ada Facebook Ads, Instagram Ads, segala macam, kalau kualitas Adsnya enggak menarik, percuma saja. Kita sudah spend banyak, tetapi kontennya enggak hook, enggak bikin orang ingin beli. Tantangan terbesarnya dari situ, bikin konten yang bagus,” tuturnya.
Jika ingin memulai bisnis hampers, Dea membagikan informasi mengenai modal awal yang dikeluarkan. Dia menuturkan, pada awal bisnisnya, membutuhkan modal sebesar Rp15 juta. Dia juga menjelaskan terkait akumulasinya.
“Dua bulan awal, aku sudah ada agreement sama partner-ku kalau kita enggak akan bisa narik cuan untuk diri sendiri sampai kita punya cukup profit untuk memutar dananya untuk kemajuan Carramica,” jelasnya.
Jadi, selama dua bulan tersebut, Dea sepakat untuk tidak digaji dalam konteks Carramica berutang kepada Dea dan sang partner. Setelah dana sudah cukup, barulah Dea memberikan porsi gaji untuk dirinya sendiri.
Bagi para pebisnis pemula, Dea memberikan tips modal untuk memulai usaha hampers. Menurutnya, pada awal usaha, tidak diharuskan memiliki modal uang yang besar, asal modal skill dari diri besar.