Menurut laporan media, kondisi pesawat dinilai memuaskan, dengan jam terbang yang relatif rendah dibandingkan pesawat sejenis yang sudah digunakan oleh Malaysia. Hal ini menambah keyakinan bahwa pesawat-pesawat tersebut masih dapat dioperasikan secara efektif dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pengadaan pesawat bekas ini menjadi bagian dari strategi RMAF untuk mempertahankan kekuatan udara nasional sambil menunggu penyelesaian program MRCA--yang bertujuan untuk memperbarui armada pesawat tempur dengan teknologi yang lebih canggih.
Meskipun proses transfer ini telah mendapat lampu hijau dari AS, keberhasilannya masih bergantung pada jadwal pengiriman pesawat F/A-18 E/F Super Hornet ke Kuwait. Koordinasi yang erat antara ketiga pihak—Malaysia, Kuwait, dan AS—akan menjadi kunci untuk memastikan kelancaran proses ini.
(Ahmad Islamy Jamil)