Prakiraan BMKG berdasarkan konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ yang merupakan peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi.
Peristiwa ini, kata BMKG, akan kembali terjadi pada hari Kamis, 6 Juni 2024 M, pukul 12.37.35 UT atau pukul 19.37.35 WIB atau pukul 20.37.35 WITA atau pukul 21.37.35 WIT, yaitu saat nilai bujur ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 76,295 dejarat.
“Periode sinodis Bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya (awal Bulan Zulkaidah 1445 H) hingga konjungsi yang akan datang (awal Bulan Zulhijah 1445 H) adalah 29 hari 9 jam 16 menit. Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon teramati,” tulis BMKG.
BMKG melaporkan di wilayah Indonesia pada tanggal 6 Juni 2024, waktu Matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.26.29 WIT di Merauke, Papua dan waktu Matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.51.03 WIB di Sabang, Aceh. Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi setelah Matahari terbenam tanggal 6 Juni 2024 di wilayah Indonesia.
BMKG menjelaskan secara astronomis pelaksanaan rukyat Hilal penentu awal bulan Zulhijah 1445 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam tanggal 6 Juni 2024 bagi yang di tempatnya konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam dan tanggal 7 Juni 2024 bagi yang konjungsinya terjadi setelah Matahari terbenam.