"Pemerintah tidaklah dapat bekerja sendiri untuk mengatasinya. Seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media perlu bersinergi untuk terus menggalakkan upaya-upaya mitigasi bencana,” ujarnya.
Peristiwa tsunami Palu pada 2018, di mana tsunami datang sangat cepat sebelum peringatan dini tsunami dikeluarkan, memberikan pelajaran penting bahwa masyarakat adalah kunci yang perlu terus dilatih untuk dapat terampil melakukan evakuasi mandiri agar dapat selamat dari bencana.
Sementara Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Daryono menuturkan, IOWave23 exercise menggunakan skenario tsunami dari gempa bumi berkekuatan magnitudo 9 megatrusht Selatan Jawa di kedalaman 10 kilometer (km).
“Dimulai serentak di Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Lebih dari 1.000 orang akan berpartisipasi dalam kegiatan latihan ini,” tutur Daryono.
Latihan ini bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi rantai peringatan dini tsunami dan kesinambungan SOP antarpihak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengisi pemahaman peralatan informasi sehingga melalui pengujian tersebut harapannya dapat mengetahui lebih awal jika terdapat permasalahan di dalam sistem tersebut.
“Namun di samping itu sistem peringatan tsunami tidak dapat berhasil baik jika hanya tergantung pada kemampuan monitoring sebab melainkan penting juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan antara Lembaga dan masyarakat,” tuturnya.
(RNA)