"Namun selama beberapa bulan musim kemarau secara periodik akan mengalami gangguan ada yang dari Samudra Hindia misalnya MJO, ada yang dari ekuator di wilayah Indonesia misalnya gelombang ekuator atau gelombang Kelvin dan Rossby yang berdampak terjadinya peningkatan pembentukan awan hujan, sehingga di musim kemarau hujannya bisa lebat," ujar Dwikorita.
"Tapi itu tidak akan terjadi selama berhari-hari, biasanya yang satu dua hari yang maksimum 3 hari, nggak akan lebih. Nanti bergerak dari wilayah barat ke tengah ke timur. Dan nanti jangan kaget sebulan lagi akan terjadi lagi, atau dua bulan lagi akan terjadi lagi itu fenomena yang biasa terjadi di wilayah Indonesia," jelasnya.
Bahkan, kata Dwikorita, bahwa fenomena hujan pada saat kemarau ini juga bisa terjadi pada bulan Agustus hingga September mendatang.
“Dan bisa juga nanti diprediksi di sekitar bulan Agustus-September ya, kan diprediksi akan terjadi La Nina yang dipengaruhi oleh suhu muka air laut yang ada di Samudra Pasifik. Jadi kemaraunya akan mengalami peningkatan curah hujan.”
“Sehingga kita perlu pahami kondisi iklim dan cuaca di Indonesia itu tidak sama dengan kondisi iklim dan cuaca di wilayah daratan benua, yang cawe-cawe kalau di daratan benua itu tidak banyak yang hanya di sekitar lokasi negara mereka. Tapi kalau Indonesia ini yang berpengaruh yang cawe-cawe terhadap iklim dan cuaca di Indonesia itu tidak hanya dari benua Australia dan Asia, tapi juga dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia serta dari ekuator sendiri,” jelasnya.
(SLF)