IDXChannel - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali menyelenggarakan penganugerahan prestisius di bidang ilmu penerbangan dan antariksa, yaitu Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2025.
Gelaran tahun ini akan berlangsung di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Kamis, (27/11/2025) dan menandai penyelenggaraan keempat sejak pertama kali diadakan pada 2022.
BRIN melalui Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) kembali memberikan penghargaan tertinggi kepada tokoh dan pakar Indonesia yang berkontribusi luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada bidang penerbangan dan antariksa.
Kepala BRIN Arif Satria mengatakan, penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi berkelanjutan bagi individu yang berasal dari internal maupun eksternal BRIN yang kiprahnya memiliki dampak besar bagi kemajuan kedirgantaraan nasional.
“Penganugerahan Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture bertujuan memberikan penghargaan bagi para tokoh, ilmuwan, atau pakar Indonesia yang telah banyak memberikan inspirasi dan pemikirannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik di tingkat nasional maupun internasional pada bidang penerbangan dan antariksa,” kata Arif dalam siaran pers Rabu (26/11/2025).
Penganugerahan tahun ini menempatkan Dr.-Ing. Ir. Wahyudi Hasbi, S.Si., M.Kom. sebagai penerima Nurtanio Award 2025. Ia merupakan Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, sekaligus Peneliti Ahli Utama yang lahir di Biak, Papua, pada 25 Oktober 1976.
Perjalanan akademiknya meliputi gelar doktor dari Technische Universität Berlin dengan predikat summa cum laude dalam bidang Ingenieurwissenschaften di Institut für Luft- und Raumfahrt, serta pendidikan Profesi Insinyur di Universitas Hasanuddin.
Selama kariernya, ia telah terlibat langsung dan memimpin berbagai program satelit Indonesia, mulai dari LAPAN-A1/LAPAN-TUBSAT, LAPAN-A2, hingga LAPAN-A3. Ia juga berperan sebagai mentor dalam pengembangan satelit buatan mahasiswa seperti Surya Satellite-1 dan RIDUSAT-1, yang menandai kemajuan signifikan dalam sejarah teknologi antariksa Indonesia.
Adapun Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2025 akan disampaikan oleh Prof. Premana Wardayanti Premadi, Ph.D., seorang profesor astrofisika dan kosmologi dari Program Studi Astronomi serta Observatorium Bosscha.
Ia meraih gelar doktor fisika dari University of Texas at Austin dan memiliki rekam jejak panjang dalam penelitian astrofisika. Termasuk sebagai Direktur Observatorium Bosscha pada periode 2018–2023, serta peneliti pascadoktoral di Tohoku University, Jepang.
Dalam kuliah ilmiahnya bertajuk “Peran Sains dan Teknologi Antariksa dalam Upaya Memahami Diri dan Semesta”, ia akan menguraikan peran pengetahuan antariksa dalam membuka pemahaman mengenai alam semesta sekaligus kontribusinya terhadap pengembangan ilmu lintas disiplin di Indonesia.
Nurtanio Award merupakan bentuk penghargaan kepada insan, tokoh, ilmuwan, dan profesional yang menghasilkan prestasi dan inovasi luar biasa serta memiliki dedikasi kuat dalam pengembangan dunia penerbangan dan antariksa.
Penggunaan nama “Nurtanio” dimaksudkan untuk mengenang jasa Marsekal Muda TNI (Anm.) Nurtanio Pringgoadisuryo, perintis industri kedirgantaraan Indonesia, sekaligus pembuat pesawat pertama all-metal Indonesia, seperti Sikumbang, Kunang-kunang, Belalang, dan Gelatik.
Sementara itu, Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture merupakan kegiatan ilmiah berupa orasi di bidang penerbangan dan antariksa yang disampaikan oleh ilmuwan atau tokoh yang telah memberikan kontribusi penting dalam pengembangan iptek nasional.
Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang untuk memperkaya pemikiran, memperluas wawasan, serta mendorong kolaborasi riset dalam upaya memperkuat daya saing kedirgantaraan Indonesia.
Melalui penyelenggaraan tahun ini, BRIN menegaskan komitmennya dalam mendorong kemajuan riset kedirgantaraan sekaligus mengapresiasi talenta unggul bangsa yang telah berkarya bagi masa depan antariksa Indonesia.
(kunthi fahmar sandy)