Panglima Koarmada II juga menyampaikan perkembangan signifikan dari upaya deteksi bawah air. Ditemukan tujuh referensi tanda-tanda fisik yang identik dengan KMP Tunu Pratama Jaya. Langkah selanjutnya adalah menurunkan ROV (Remotely Operated Vehicle) dari KRI Spica 934, diikuti dengan fase ketiga oleh tim Pushidrosal, yaitu penggunaan side scan sonar.
Kendala utama yang dihadapi tim SAR gabungan dalam pencarian adalah kondisi cuaca perairan Selat Bali. Menurut data BMKG, cuaca berawan tebal, kecepatan angin berkisar antara 4-25 knot, ketinggian gelombang maksimal di kisaran 2,5-3,5 meter, visibility 7 km, serta kecepatan arus permukaan 2,4 m/s.
Operasi SAR pada hari keenam ini melibatkan berbagai unsur, di antaranya Kantor Pusat Basarnas, Kantor SAR Surabaya, Kantor SAR Denpasar, Koarmada II, Wing Udara 2 Puspenbal, Pushidrosal, Lanal Banyuwangi, Lanal Gilimanuk, Baharkam Polri, Ditpolairud Polda Jatim, Polres Banyuwangi, Satpolairud Polres Banyuwangi, Satpolairud Polda Bali, Satbrimob, KPLP, BSG, KSOP Banyuwangi, ASDP Ketapang, BMKG, Syahbandar Gilimanuk, KPLP Gilimanuk, Kodim 0825 Banyuwangi, Koramil Banyuwangi Kota, KP3 Banyuwangi, BPTD Gilimanuk, BPBD Provinsi Jatim, BPBD Kabupaten Banyuwangi, Damkar, Tagana, BKK Banyuwangi, SAR MTA, SAR OPA UNEJ, Besromben Indonesia, nelayan sekitar, dan sejumlah organisasi potensi SAR lainnya.
(Dhera Arizona)