Dia mengatakan bahwa fenomena La Nina diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus-September, atau di puncak musim kemarau 2024.
“Diprediksi sekitar di bulan Agustus, September atau Agustus Puncak musim kemarau ini La Nina akan mulai masuk dengan mendinginnya, semakin mendinginnya suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di ekuator,” jelasnya.
“Jadi, La Nina yang diprediksi mulai periode Agustus 2024 sebenarnya merupakan fenomena atmosfer yang ditandai dengan mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bagian ekuator,” katanya.
Dwikorita juga mengungkapkan bahwa dampak La Nina bagi wilayah di Indonesia adalah semakin banyaknya uap air yang masuk ke wilayah Indonesia. Sehingga menyebabkan makin banyaknya pertumbuhan awan-awan hujan yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi terjadinya hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Dwikorita mengatakan dengan adanya fenomena La Nina akan berpotensi meningkatnya pertumbuhan awan hujan hingga 40 persen. Wilayah tersebut diantaranya di Jawa, Sumatera bagian selatan dan timur, Kalimantan yakni Kalimantan Barat, Tengah, dan Selatan, Sulawesi Barat dan Utara, sebagian Maluku.