Selain itu, terdapat kecurigaan adanya ratusan ribu anak yang telah dipaksa keluar dari Ukraina baik dengan melarikan diri ke negara-negara yang aman, atau melalui deportasi paksa dan adopsi secara paksa oleh pihak Rusia.
Selain menyebabkan keluarga terceraiberai, akibat serangan udara dan artileri Rusia yang dilakukan setiap hari sedikitnya 3.126 institusi pendidikan rusak di seluruh Ukraina, dan 337 di antaranya hancur total.
Serangan Rusia menyasar infrastruktur energi tidak saja menyebabkan ancaman kematian akibat musim dingin, hujan rudal Rusia tanpa pandang bulu mengganggu proses pembelajaran online bagi anak-anak Ukraina.
Sementara di wilayah yang dikuasai Rusia, kurikulum sekolah yang diberlakukan Rusia menyebarkan disinformasi dan guru-guru dihukum karena mengajar dalam bahasa Ukraina. Akibatnya anak-anak menderita secara mental.
Aksi barbar Rusia bahkan pada akhirnya membuat Presiden China Xi Jinping pada Rabu (21/12/2022) untuk pertama kalinya secara terbuka mengutarakan keprihatinannya tentang perang di Ukraina kepada mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.