IDXChannel - Jepang terus melanjutkan rencana untuk membuang air limbah nuklir dari reaktor Fukushima Daiichi ke Samudera Pasifik di tengah gelombang protes dari beberapa negara tetangga dan kelompok internasional.
Pembangkit Fukushima Daiichi hancur diterjang gempa dan tsunami pada 2011, bencana nuklir terbesar sejak Tragedi Chernobyl pada masa Perang Dingin.
Tokyo Electic Power Company (TEPCO) berencana mulai membuang air limbah nuklir tahun ini dan berlanjut selama tiga dekade ke depan. Jepang akan secara perlahan melepaskan air limbah nuklir yang disimpan dalam tangki ke laut melalui pipa yang membentang satu kilometer dari pantai.
Seberapa amankah rencana tersebut bagi lingkungan dan manusia di kawasan Pasifik?
Dilansir dari Nature, air yang terkontaminasi telah diolah untuk mengurangi kandungan radioaktif. Namun, proses tersebut tidak menghilangkan karbon-14 dan tritium sehingga air yang telah diolah perlu diencerkan lebih lanjut.
Jim Smith, seorang ilmuwan lingkungan dari University of Portsmouth di Inggris, mengatakan bahwa risiko yang ditimbulkan untuk negara-negara di sekitar Samudra Pasifik sangat kecil.
“Saya tidak mau mengatakan nol, tapi mendekati nol,” katanya.
“Pulau terdekat berjarak sekitar 2.000 kilometer," tambahnya.
Meski demikian, negara-negara seperti China, Taiwan dan Korea Selatan telah menyatakan keprihatinannya terkait rencana Jepang. Asosiasi Laboratorium Kelautan Nasional Amerika Serikat (AS) juga menyuarakan penolakannnya terhadap rencana pelepasan tersebut.
“Orang-orang yang mempromosikan hal ini – pengolahan air dan kemudian melepaskannya ke laut – belum dapat meyakinkan kami bahwa ini aman untuk kesehatan laut dan kesehatan manusia,” kata Robert Richmond, ahli biologi kelautan dari Hawaii University.
Richmond adalah salah satu dari lima ilmuwan yang ditunjuk Forum Kepulauan Pasifik untuk mempelajari rencana pelepasan air limbah nuklir dari Fukushima ke laut. Richmond mengatakan masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab tentang tritium dan karbon-14.
Menurut Richmond, tritium memancarkan radiasi yang dapat merusak DNA. TEPCO mengatakan konsentrasi tritium dalam air yang diolah melepaskan dosis radiasi yang lebih rendah daripada yang dialami oleh seseorang yang terbang bolak-balik dari New York ke Tokyo.
"Tapi kulit kita menghalangi radiasi sebagian ketika kita melakukan perjalanan. Jika Anda makan sesuatu yang terkontaminasi, sel-sel Anda bisa saja terpapar," terang Richmond.
Shigeyoshi Otosaka, seorang ahli kelautan dan ahli kimia kelautan dari Atmospheric and Ocean Research Institute yang terafiliasi dengan University of Tokyo mengatakan tritium dapat terakumulasi dalam ikan dan organisme laut. Dia mengatakan sebuah penelitian berskala internasional sedang menyelidiki kemungkinan itu.
“Saya pikir penting untuk mengevaluasi dampak lingkungan jangka panjang,” kata Otosaka. (WHY)