IDXChannel - Jutaan orang di Asia Tenggara menghadapi banjir, pemadaman listrik, dan kerusakan infrastruktur setelah Topan Yagi melanda wilayah tersebut awal bulan ini. Jumlah korban tewas mencapai lebih dari 200 orang.
Di Vietnam, negara yang paling terdampak, jumlah korban tewas meningkat menjadi 197. Sementara itu, delapan orang dipastikan tewas di Thailand.
"Saya benar-benar tidak tidak tahu harus berbuat apa," kata seorang petani di Vietnam bernama Tu, dilansir dari AFP pada Kamis (12/9/2024).
Yagi menerjang Vietnam sepanjang akhir pekan lalu. Topan tersebut membawa hujan lebat yang memicu banjir dan tanah longsor di Vietnam, Thailand, Laos, dan Myanmar.
Tu mengatakan perkebunan bunga persik seluas 1.800 meter persegi miliknya terendam. Dia merugi hingga USD40 ribu atau sekitar Rp600 juta akibat bencana ini.
"Saya hanya bisa menunggu air surut," katanya.
Banjir menghancurkan lebih dari 250.000 hektare lahan pertanian dan peternakan, kata Kementerian Pertanian Vietnam, dengan lahan pertanian di sekitar Hanoi terdampak parah.
Selain berjuang melawan air yang menggenangi rumah mereka, warga Vietnam, khususnya yang tinggal di bagian utara, juga harus berjuang melawan pemadaman listrik.
Komisi Sungai Mekong, badan internasional yang mengawasi jalur air penting itu, hari ini mengeluarkan peringatan banjir untuk Luang Prabang, kota bersejarah di Laos.
Thailand telah mengerahkan pasukan untuk membantu keluarga yang terkena dampak banjir parah di Chiang Mai dan Chiang Rai.
Di Myanmar, banjir paling parah terjadi di sekitar ibu kota Naypyidaw. Wilayah Taungoo juga terancam naiknya permukaan air sungai.
Hujan monsun yang lebat melanda Asia Tenggara setiap tahun, tetapi perubahan iklim akibat ulah manusia menyebabkan pola cuaca yang lebih intens yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir yang merusak.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Juli, perubahan iklim menyebabkan topan terbentuk lebih dekat ke pantai, menguat lebih cepat, dan bertahan lebih lama di daratan. (Wahyu Dwi Anggoro)