“Ini untuk penyebrangan yang diwaspadai sebetulnya ketinggian gelombang sampai 2 meter. Nah, khusus untuk penyeberangan ini kami telah memasang sejak beberapa tahun terakhir, radar maritim sehingga dapat mendeteksi sebagai contoh ini adalah Radar maritim yang ada di salah satu selat Bali dan lombok, setiap jam bahkan beberapa menit sekali datanya update, sehingga perkembangan apa kondisi tinggi gelombang arah dan kecepatan arus ini ada di ada di beberapa Selat yaitu ada di Selat Sunda ada yang di Selat Bali kemudian juga ada di Labuan Bajo,” katanya.
“Sehingga kami juga mohon, karena data ini sudah masuk di setiap pelabuhan di Polisi Air juga, di semacam pengawas traffic di kapal di pelabuhan ini sudah menerima informasi ini. Tinggal bagaimana kita bersama-sama menjaga kepatuhannya,” tambanya.
Meski begitu, Dwikorita pun mengingatkan agar semua pihak mewaspadai kondisi arus dan arah arus laut yang tidak bisa dimitigasi seperti halnya curah hujan yang bisa dimitigasi dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
“Dan khusus untuk kondisi arus kecepatan dan arah arus ini tidak dapat di mitigasi kalau curah hujan bisa dimitigasi dengan teknologi modifikasi cuaca, tetapi kalau arah dan kecepatan arus ini tidak akan bisa di modifikasi. Sehingga kita memang harus mengalah dan beradaptasi,” tandasnya. (WHY)