Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kebijakan baru itu bersifat sementara - didorong oleh sulitnya informasi tentang keadaan sebenarnya dari kondisi pandemi di China.
Adapun lonjakan kasus terjadi setelah pemerintah China mencabut kebijakan Zero-Covid, yang telah berjalan selama bertahun-tahun. Bahkan, pihak berwenang di Tiongkok berencana menghapus semua larangan perjalanan pada 2023 mendatang.
Hal tersebut diperkirakan memicu banjir turis China di luar negeri untuk liburan setelah bertahun-tahun terkunci karena kebijakan ketat Zero-Covid.
Setelah diumumkan jika turis asing yang datang ke China tidak perlu karantina, serta pencabutan larangan terbang dan pembaruan paspor untuk rakyat China, membuat banyak masyarakat bersiap untuk liburan.
Dalam 15 menit setelah perubahan tersebut diumumkan, pencarian untuk liburan ke luar negeri naik 10 kali lipat. Qunar, agen perjalanan paling populer di China melaporkan, peningkatan tujuh kali lipat untuk penerbangan internasional.
Namun euforia atas berakhirnya kebijakan ketat Zero-Covid tidak berlangsung lama, setelah terjadi lonjakan kasus baru. Sehingga China terperosok dalam kesulitan.
Muncul beberapa rumor jika setengah dari warga Beijing saat ini positif virus Covid-19. Howard Bernstein mengatakan rumah sakit tempat dia bekerja di Beijing telah kehabisan tempat tidur dan kewalahan dalam menangani pasien.
Sementara pemerintah China melaporkan hanya ada 5.000 kasus kematian karena Covid-19, rumah duka mengatakan kisah yang sebaliknya. Terlihat pada salah satu bangunan di China bagian utara banyak peti mati yang berbaris panjang.
Melihat tingginya kasus baru di China ditambah rendahnya tingkat vaksinasi atau dosis tidak lengkap, diperkirakan akan ada 1 juta kematian pada 2023 sekaligus mutasi virus yang lebih berbahaya.
(FRI)