sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Luhut Bertemu Konglomerat Dunia Ray Dalio di Bali, Ini yang Dibahas

News editor Iqbal Dwi Purnama
02/09/2024 18:08 WIB
Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menemui seorang konglomerat dunia dan founder Hedge Fund rerbesar di dunia, Ray Dalio.
Luhut Bertemu Konglomerat Dunia Ray Dalio di Bali, Ini yang Dibahas (foto ist)
Luhut Bertemu Konglomerat Dunia Ray Dalio di Bali, Ini yang Dibahas (foto ist)

IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menemui seorang konglomerat dunia dan founder Hedge Fund atau manajer investasi terbesar di dunia, Ray Dalio di Bali, akhir pekan lalu (1/9).

"Saya berharap dari diskusi dengannya kali ini, mampu memotivasi kami sebagai pemerintah untuk mengedepankan inovasi. Hal itu demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," kata Luhut dalam keterangan resminya, Jakarta, Senin (2/9)

Luhut mengatakan, Ray Dalio memperkenalkan pandangan mengenai kebijakan family office atau kantor keluarga. Hal ini diperlukan karena Ray Dalio dianggap telah memiliki pengalaman dalam membangun family office di Abu Dhabi dan Singapura. 

Selain itu, Luhut juga berdiskusi soal kolaborasi global dan dedikasi pada pengetahuan terhadap peluang-peluang baru.

"Dia akan membagikan pandangan tentang perubahan ekonomi global di masa depan. Ray juga aktif memberikan pandangannya tentang perkembangan ekonomi global di berbagai forum, dan menjadi penasehat bagi para pembuat kebijakan di berbagai negara, seperti UAE dan Saudi Arabia," ujar Luhut.

Ray Dalio juga diketahui merupakan orang terkaya di dunia versi Forbes. Kekayaannya mencapai USD14 miliar atau sekira Rp217 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per USD). 

Sebelumnya, Luhut mengungkapkan tujuan pemerintah mendirikan family office di Indonesia. Menurutnya, saat ini ada dua negara di Asia yang memiliki family office terbanyak, pertama Singapura dengan 1.500 family office, kedua Hong Kong memiliki sekira 1.400 family office. 

Banyak uang milik orang-orang kaya yang disimpan di family office tersebut. Hal itu akhirnya berdampak pada pembangunan yang terjadi di kedua negara tersebut.

Namun demikian, Luhut menilai, Singapura dan Hong Kong saat ini tengah mengalami perubahan dan konflik di masing-masing negara. Hong Kong mengalami peningkatan tensi geopolitik, sedangkan Singapura tengah mengalami perubahan regulasi investasi.

"Namun akhir-akhir ini, peningkatan kondisi geopolitik di Hong Kong, serta perubahan regulasi investasi di Singapura meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor," kata Luhut mengutip unggahan yang dibagikan melalui akun instagram pribadinya, baru-baru ini.

Kedua situasi tersebut, baik geopolitik dan perubahan regulasi yang menurutnya bisa berdampak pada iklim investasi di kedua negara tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia tengah menyiapkan family office yang diharapkan mampu menampung limpahan dana dari family office yang berada di Singapura dan Hong Kong.

"Inilah yang membuat Indonesia bisa mengambil kesempatan untuk menjadi alternatif dengan membentuk Wealth Management Centre, karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita cukup kuat, kondisi politik pun juga stabil, serta orientasi geopolitik kita yang netral," katanya.

Luhut menambahkan, menurut data dari The Wealth Report, populasi individu super kaya raya di Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 38,3 persen selama periode 2023-2028. Peningkatan jumlah aset finansial dunia yang diinvestasikan di luar negara asal juga diproyeksikan akan terus meningkat.

"Berangkat dari tren tersebut, saya melihat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk menarik dana-dana dari family office global. Dari perhitungan terkini, ada sekira USD11,7 triliun dana kelolaan family office di dunia," kata Luhut.

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement