“Untuk kewaspadaan kita perlu mengkhawatirkan hal itu, karena saat kejadian banjir di Jabodetabek pada 2020, saat itu memang terjadi menjelang puncak musim hujan seperti yang akan terjadi saat ini. Nanti kan akhir Desember dan awal Januari, wilayah tersebut akan mengalami puncak musim hujan,” kata Rita di kantor BMKG, Kamis (5/12/2024).
“Jadi kesamaannya seperti itu, bulannya sama dan intensitas hujannya kurang lebih sama. Namun saat itu juga terjadi seruak udara dingin yang bergerak dari dataran tinggi Tibet menyeruak melewati laut Natuna menuju ke wilayah Indonesia bagian barat tepatnya di Selat Sunda, Jabodetabek dan mengakibatkan hujan yang ekstrem saat itu,” tuturna.
“Jadi yang perlu diwaspadai seruak udara dingin dan saat ini waktu di November. BMKG mendeteksi seruak udara dingin yang berasal dari dataran tinggi Siberia diprediksi saat itu di minggu terakhir November akan menyeruak masuk ke wilayah Indonesia di awal Desember. Ini terbukti mulai masuk,” ujar Rita.
Menurut Rita, potensi terburuk adalah Jakarta kembali terendam banjir seperti pada 2020. Sebab seruak udara dingin menyebabkan angin kencang, gelombang tinggi dan peningkatan curah hujan. Ditambah lagi, bedanya kali ini juga diiringi dengan adanya La Nina lemah yang diprediksi akan terjadi sampai April 2025.