Yang kedua adalah meningkatkan investasi pada infrastruktur berkelanjutan dan ramah iklim. Menurut AHY, langkah ini bukan hanya mengurangi risiko dan menurunkan emisi, tapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota.
"Jaga keseimbangan ekosistem yang terintegrasi dengan pembangunan kota yang akan semakin pesat - mulai dari restorasi hutan mangrove di pesisir utara Jawa hingga koridor smart transport di kota-kota yang terus tumbuh," katanya.
Terakhir, membuka akses lebih luas terhadap pembiayaan transformatif. AHY menekankan, sistem pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance yang banyak didengungkan institusi keuangan global harus didesain untuk menjawab kebutuhan dan mendorong dampak nyata di negara-negara berkembang.
"Rancang pengelolaan anggaran publik, keterlibatan modal swasta, serta dukungan multilateral development partners—termasuk melalui New Development Bank—untuk memperluas pembangunan perumahan tahan iklim, infrastruktur net-zero, serta pemanfaatan digital technology untuk pemetaan dan mitigasi risiko perkotaan," ujar Menko AHY.
Menutup pidatonya, AHY menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi aktif dalam kerja sama BRICS.
"Indonesia siap berkontribusi melalui pertukaran data, proyek percontohan, dan kebijakan praktis. Bersama-sama, kita bisa membentuk masa depan perkotaan yang inklusif, tangguh terhadap iklim, dan berakar pada prioritas serta inovasi dari negara-negara Global South," tutur AHY.
(Ahmad Islamy Jamil)