Di sisi lain, membuka kembali perundingan dengan IMF berisiko menunda pencairan dana talangan yang sangat dibutuhkan. Pasar keuangan Sri Lanka merosot tajam hari ini karena para investor khawatir dengan masa depan kesepakatan utang dengan IMF.
Meskipun Dissanayake belum menjelaskan rencananya secara terperinci, para pendukungnya mengatakan bahwa ia hanya akan mengusulkan sedikit modifikasi kesepakatan utang dengan IMF.
“Kami tetap berkomitmen menjalankan program (utang IMF), tetapi akan meminta modifikasi,” kata Rizvie Salih, anggota Komite Eksekutif NPP.
“Bahkan IMF telah mengatakan bahwa mereka terbuka terhadap ide dan proposal baru," katanya.
Sri lanka terjerembab ke dalam krisis ekonomi sejak 2019. Kesulitan ekonomi memicu aksi unjuk rasa besar-besaran yang melengserkan dinasti politik Rajapaksa pada 2022.