Sebagai tanggapan, Macron menyerukan dua putaran pemilu legislatif dini pada 30 Juni dan 7 Juli.
Hasil pemilu menunjukkan tidak ada partai yang berhasil meraih 289 kursi, ambang batas untuk mencapai mayoritas absolut di Majelis Nasional.
Aliansi sayap kiri Front Rakyat Baru (NFP) memenangkan suara dan kursi terbanyak di parlemen pada putaran kedua dan bersikeras bahwa perdana menteri harus berasal dari aliansi mereka.
Namun, NFP gagal segera mencalonkan kandidat konsensus untuk posisi tersebut.
Setelah beberapa pekan perselisihan internal, NFP mencalonkan Lucie Castets sebagai perdana menteri pada 23 Juli.
Akan tetapi, Macron menolak kandidat sayap kiri dan menyatakan tidak akan menunjuk perdana menteri hingga pertengahan Agustus setelah Olimpiade Paris.