Putin menyebutkan dalam pertemuan Dewan Keamanan Nasional di Moskow pekan lalu tentang kemungkinan bahwa Rusia akan melanjutkan produksi sistem rudal yang sebelumnya dilarang, dengan alasan “tindakan permusuhan” AS.
“Kita sekarang tahu bahwa AS tidak hanya memproduksi sistem rudal ini, namun juga membawanya ke Eropa, Denmark, untuk digunakan dalam latihan. Belum lama ini dikabarkan mereka berada di Filipina,” kata Putin saat itu. Menurutnya, tindakan Washington membuat Moskow tidak punya pilihan selain menghidupkan kembali program rudal jarak menengah dan jarak pendeknya."Program tersebut akan dikerahkan berdasarkan situasi aktual, jika diperlukan," katanya.
Perjanjian INF tahun 1987 telah melarang AS dan Uni Soviet memproduksi dan menggunakan rudal balistik dan jelajah berbasis darat—serta peluncur masing-masing—dengan jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.420 mil).
Perjanjian tersebut tidak memengaruhi sistem berbasis udara atau laut dengan jangkauan yang sama. Hal ini membantu menurunkan ketegangan mengenai penyebaran senjata nuklir di Eropa.
Rusia sebagai penerus Uni Soviet tetap mematuhi perjanjian tersebut, sekaligus meningkatkan kekhawatiran bahwa instalasi AS di Eropa Timur—yang seolah-olah dirancang sebagai pertahanan rudal—melanggar perjanjian tersebut karena peluncur mereka juga mampu mengerahkan amunisi serangan darat.