Peningkatan kejadian bencana ini tidak terlepas bahwa Indonesia adalah merupakan daerah rawan bencana terbentang pada pertemuan lempeng tektonik, terletak dalam jalur cincin api Pasifik, dan daerah cuaca ekstrem sehingga rawan terhadap bencana terutama bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor badai angin di beberapa wilayah Indonesia.
“Kondisi ini tentunya menjadi bahan pemikiran kita bahwa masih diperlukan upaya yang lebih serius dan lebih maksimal baik di tingkat nasional, daerah, maupun di tengah masyarakat,” katanya.
Sementara itu, pada Oktober lalu BNPB mencatat frekuensi rata-rata bencana rata-rata 70 kali per pekan. “Bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem, dan longsor telah merenggut korban jiwa tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya yakni 50 orang,” papar Muhadjir.
(SLF)