sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Trump Bakal Sanksi Rusia Jika Negara-Negara NATO Berhenti Beli Minyaknya

News editor Kunthi Fahmar Sandy
14/09/2025 06:35 WIB
Donald Trump siap menjatuhkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia, jika negara NATO memenuhi persyaratan tertentu, termasuk berhenti membeli minyak Rusia
Trump Bakal Sanksi Rusia Jika Negara-Negara NATO Berhenti Beli Minyaknya (FOTO:Dok Laman BBC)
Trump Bakal Sanksi Rusia Jika Negara-Negara NATO Berhenti Beli Minyaknya (FOTO:Dok Laman BBC)

IDXChannel - Presiden AS Donald Trump siap menjatuhkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia, jika negara-negara NATO memenuhi persyaratan tertentu, termasuk berhenti membeli minyak Rusia.

Dilansir dari laman BBC Minggu (14/9/2025), dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya, ia mengatakan siap menjatuhkan sanksi besar kepada Rusia setelah negara-negara NATO setuju, dan mulai melakukan hal yang sama.

Trump telah berulang kali mengancam akan mengambil tindakan yang lebih keras terhadap Moskow, tetapi sejauh ini gagal mengambil tindakan apa pun ketika Kremlin mengabaikan tenggat waktu dan ancaman sanksinya.

Ia menggambarkan pembelian minyak Rusia sebagai hal mengejutkan. Dia juga menyarankan agar NATO mengenakan tarif 50 persen hingga 100 persen terhadap China, dengan alasan hal itu akan melemahkan kendali kuatnya China atas Rusia.

Dalam surat yang disebutnya sebagai surat untuk negara-negara NATO, Trump berkata: "Saya siap pergi ketika Anda siap. Katakan saja kapan?"

Ia menambahkan, pembelian minyak Rusia, oleh beberapa pihak, sangat mengejutkan. "Ini sangat melemahkan posisi negosiasi dan daya tawar Anda atas Rusia," tutur dia.

Trump juga mengklaim penghentian pembelian energi Rusia, dikombinasikan dengan tarif tinggi terhadap China yang akan ditarik sepenuhnya setelah perang akan sangat membantu dalam mengakhiri konflik.

Ketergantungan Eropa pada energi Rusia telah menurun drastis sejak dimulainya invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina.

Pada tahun 2022, Uni Eropa mendapatkan sekitar 45 persen gasnya dari Rusia. Angka tersebut diperkirakan turun menjadi sekitar 13 persen tahun ini, meskipun pernyataan Trump menunjukkan bahwa ia merasa angka tersebut tidak cukup.

Pesan presiden AS tersebut disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan antara sekutu NATO dan Rusia setelah lebih dari selusin pesawat nirawak Rusia memasuki wilayah udara Polandia pada hari Rabu.

Warsawa mengatakan invasi itu disengaja, tetapi Moskow mengecilkan insiden tersebut dan mengatakan tidak berencana untuk menargetkan fasilitas di Polandia.

Denmark, Prancis, dan Jerman telah bergabung dengan misi NATO yang baru untuk memperkuat sisi timur aliansi tersebut, dan akan memindahkan aset militer ke arah timur.

Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menuntut negara-negara Eropa agar membeli minyak dan gas Rusia.

Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, ia berkata: "Kita harus menghentikan (membeli) energi apa pun dari Rusia, dan omong-omong, apa pun, kesepakatan apa pun dengan Rusia. Kita tidak bisa membuat kesepakatan apa pun jika kita ingin menghentikannya," kata dia.

Sejak 2022, negara-negara Eropa telah menghabiskan sekitar 210 miliar euro (182 miliar poundsterling) untuk minyak dan gas Rusia, menurut lembaga pemikir Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, yang sebagian besar akan mendanai invasi ke Ukraina.

Uni Eropa sebelumnya telah berkomitmen untuk menghentikan pembelian secara bertahap pada tahun 2028. AS ingin hal itu terjadi lebih cepat - sebagian dengan membeli pasokan dari mereka.

Pesan Trump ditujukan kepada NATO, bukan Uni Eropa, sehingga mencakup negara-negara seperti Turki, pembeli utama minyak Rusia dan negara yang telah mempertahankan hubungan lebih dekat dengan Moskow dibandingkan anggota aliansi lainnya.

Membujuk Ankara untuk menghentikan pasokan Rusia mungkin merupakan tugas yang jauh lebih sulit. Ancaman terbaru Trump untuk memberikan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia muncul pada awal September setelah pemboman terberat Kremlin terhadap Ukraina sejak perang dimulai.

Ketika ditanya oleh wartawan apakah ia siap untuk beralih ke tahap kedua menghukum Moskow, Trump menjawab: "Ya, saya siap," ujar Trump meskipun tidak memberikan detail lebih lanjut.

AS sebelumnya mengenakan tarif sebesar 50 persen untuk barang-barang dari India yang mencakup penalti sebesar 25 persen untuk transaksi dengan Rusia yang merupakan sumber utama dana untuk perang di Ukraina.

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement