IDXChannel – Metode dalam menentukan hilal perlu dipahami. Pasalnya, hilal menjadi salah satu metode yang dimanfaatkan untuk mengetahui awal pergantian bulan Hijriah, termasuk Ramadan dan Syawal.
Perbedaan penentuan hilal atau awal Ramadan kerap terjadi di Indonesia. Hal ini karena terdapat banyak organisasi masyarakat yang memiliki metode masing-masing dalam menentukan hilal.
Pada dasarnya, ada beberapa metode dalam menentukan hilal yang kerap dilakukan oleh sejumlah organisasi, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Lantas, bagaimana metode dalam menentukan hilal yang kerap dilakukan organisasi Islam di Indonesia? Agar lebih jelas, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Metode dalam Menentukan Hilal
Beberapa metode dalam menentukan hilal yang kerap dilakukan oleh dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah antara lain sebagai berikut.
1. Metode Rukyatul Hilal
Metode rukyatul hilal merupakan metode dalam menentukan hilal yang kerap dilakukan oleh NU. Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap penampakan bulan sabit sesaat setelah matahari terbenam di hari telah terjadinya ijtimak (konjungsi).
Untuk menentukan terjadinya pergantian bulan atau awal bulan baru dengan metode ini, penampakan bulan sabit pada awal bulan harus terlihat oleh mata. Penampakan bulan sabit (dzuhur al-hilāl) inilah yang kemudian menjadi tanda datangnya awal bulan baru.
Metode rukyatul hilal ini didasarkan pada sejumlah hadits. Sedikitnya ada 23 hadits tentang rukyatul hilal, yakni hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an Nasa'i, Ibnu Majah, Imam Malik, Ahmad bin Hanbal, ad-Darimi, Ibnu Hibban, al-Hakim, ad-Daruquthni, al-Baihaqi, dan lain sebagainya. Hadits-hadits inilah yang kemudian menjadi dasar bagi NU untuk menentukan awal bulan Kamariah.
2. Metode Hisab
Berbeda dengan rukyatul hilal yang digunakan oleh NU, organisasi Muhammadiyah kerap menggunakan metode hisab untuk menentukan hilal sebagai penanda awal bulan atau pergantian bulan baru.
Metode hisab dilakukan dengan perhitungan astronomis. Adapun metode hisab yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah hisab hakiki wujudul hilal. metode ini meyakini adanya hilal meski tidak terlihat dengan mata telanjang seperti halnya metode rukyatul hilal. Asalkan metode ini memenuhi kriteria yang telah ditentukan antara lain:
- telah terjadi ijtimak (konjungsi);
- ijtimak (konjungsi) terjadi sebelum matahari terbenam;
- ketika terbenamnya matahari, piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
Ketiga kriteria ini harus terpenuhi sebagai penanda dimulainya bulan baru. Dengan menggunakan metode hisab hakiki kriteria ijtimak sebelum gurub (al-ijtima' qabla al-gurub), kita tidak perlu lagi mempertimbangkan keberadaan bulan saat matahari terbenam di atas ufuk atau bukan.
Nah, itulah dua metode dalam menentukan hilal yang kerap digunakan oleh sejumlah organisasi besar di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah.