Berbeda dengan metode yang digunakan PP Muhammadiyah, yakni berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tarjdid PP Muhammadiyah, di mana tidak berpatokan dengan penampakan bulan.
"Sedangkan menurut kriteria wujudul hilal yang tidak berpatokan pada penampakan, yaitu tidak terlihat atau terlihat. Maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru yaitu untuk 1 Syawal jatuh 21 April 2023," ujarnya.
"Dzulhijjah kemungkinan terjadi perbedaan di mana Muhammadiyah lebih dulu memasuki bulan Dzulhijjah, sedangkan kriteria mabims itu belum memasuki bulan Dzulhijjah," tuturnya.
Sebelumnya, Syamsul menjelaskan, metode hisab hakiki wujudul hilal yang telah menetapkan awal bulan Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah 1444H. Dia mengatakan, penetapan itu dilihat berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit yaitu matahari bumi dan bulan.
"Jadi posisinya bukan nampak dan tidaknya, untuk Ramadhan misalnya syarat yang pertama, yaitu sudah terjadi ijtimak bulan telah mengelilingi bumi dengan satu putaran sinodis, tercapai pada 22 Maret pukul 00.25.41 WIB," kata dia.