Terlebih saat ini seluruh model mobil hybrid Honda masih diimpor langsung dari luar negeri alias CBU. Jika diproduksi di dalam negeri, secara volume dan hitung-hitungan dikatakan Billy harus masuk dengan nilai investasi yang dikucurkan.
“Saya bilang kalau ekspansi itu pasti harus volume maker. Soalnya kan mempertimbangkan depresiasi, kalau tidak volume maker harganya nanti tidak bersaing. Tidak mencapai skala ekonomi,” ujarnya.
Kehadiran HR-V hybrid di Indonesia sangat penting bagi Honda untuk mengisi ceruk yang masih kosong. Pasalnya, saat ini mobil hybrid Honda bermain di segmen atas, seperti CR-V HEV yang dijual mulai Rp800 jutaan, dan Accord HEV dibanderol Rp900 jutaan.
(NIA)