"Tapi kami juga tak menutup kemungkinan terhadap adanya teknologi transisi dan di mana teknologi yang kita miliki memang ada PHEV (plug-in hybrid) yaitu satu teknologi yang sebetulnya di pasar luar itu dikonsider sebagai EV," katanya.
Luther menyampaikan alasan BYD lebih memilih PHEV karena efisiensi bahan bakar yang jauh lebih besar. Selain itu, kendaraan ini lebih memanfaatkan motor listrik dan baterai sebagai penggerak utama mobil.
"Buat kita selama produknya kita sudah memiliki secara patent, secara kepemilikan tipe dan produknya, bukan tak mungkin dalam waktu dekat atau dalam jangka panjang kita bisa bawa (ke Indonesia)," ujarnya.
Sebagai informasi, secara global sendiri BYD memiliki beberapa lini model mobil hybrid, seperti BYD Qin L DM-i, BYD Atto 2 DM-i, BYD Sealion 07 DM-i, BYD Song L DM-i, dan Sealion 6 yang baru memasuki pasar Jepang.
"Kami meyakinkan kepada masyarakat bahwa BYD tak berhenti sampai disini dengan pencapaian penjualan tersebut. Bahkan dengan teknologi kita yang sangat advance ini pun kita masih akan membawa yang lebih mutakhir kembali di tahun depan," kata Luther.
(Dhera Arizona)