“Jika kita kalah dalam persaingan global ini, maka Ford tidak punya masa depan,” kata Farley.
Sebelumnya Farley juga memuji keunggulan mobil China. Dia bahkan sudah menjajal langsung mobil listrik China Xiaomi SU7 di Chicago.
“Kami kirim mobil itu dari Shanghai, dan saya tidak ingin melepasnya. Xiaomi lebih dari sekadar perusahaan teknologi. Mereka adalah merek konsumen yang kuat,” ujarnya.
Di sisi lain, Ford memutuskan untuk menunda rencana produksi SUV listrik dan mengalihkan fokus ke kendaraan hybrid. Pergeseran ini diperkirakan menelan biaya hingga USD2 miliar.
Meskipun menghadapi tekanan besar, saham Ford tetap naik lebih dari 9 persen sepanjang tahun 2025. Situasi ini mencerminkan optimisme investor terhadap strategi restrukturisasi dan efisiensi biaya perusahaan.
(Ibnu Hariyanto)