IDXChannel - Seorang hakim Mahkamah Agung Brasil pada Jumat (13/9/2024) menyita sekitar US3,3 juta dari rekening bank milik platform media sosial X dan penyedia layanan internet berbasis satelit Starlink. Kedua perusahaan tersebut merupakan milik miliarder teknologi Elon Musk.
Langkah yang diambil oleh Hakim Alexandre de Moraes ditujukan untuk mengumpulkan dana yang setara dengan jumlah yang harus dibayarkan X kepada negara sebagai denda.
Analis hukum mempertanyakan keputusan de Moraes sebelumnya untuk membekukan rekening bank Starlink guna membayar kasus-kasus yang terkait dengan X. Meskipun Musk memiliki X dan SpaceX, yang mengoperasikan Starlink, kedua perusahaan tersebut merupakan entitas yang terpisah.
Mahkamah Agung Brasil mengatakan pada Jumat dalam sebuah pernyataan bahwa de Moraes memutuskan untuk mentransfer lebih dari 7,2 juta real Brasil (setara USD1,3 juta) dari rekening bank X dan hampir 11 juta real Brasil (USD2 juta) dari rekening Starlink.
Mahkamah Agung Brasil menyatakan De Moraes membuat keputusan tersebut pada Rabu (10/9/2024). Namun, putusannya atas kasus tersebut tak langsung dipublikasikan.
Mahkamah Agung Brasil juga mengatakan bank-bank yang memegang rekening kedua perusahaan tersebut diberitahu pada Kamis (11/9/2024) dan mereka telah mematuhi keputusan tersebut.
“Setelah pembayaran jumlah penuh yang terutang, hakim (de Moraes) menganggap tidak perlu untuk membekukan rekening bank dan memerintahkan pencairan segera rekening bank/aset keuangan,” kata Mahkamah Agung Brasil seperti dikutip dari The Associated Press, Sabtu (14/9/2024).
Di sisi lain, X tidak segera menanggapi permintaan komentar dari The Associated Press. Platform media sosial tersebut telah dikecam di Brasil sejak menolak untuk menghapus konten yang ditandai sebagai ilegal oleh hakim Mahkamah Agung.
De Moraes merupakan hakim yang sama yang menangguhkan X di Brasil karena keputusan Musk untuk tidak memiliki perwakilan hukum bagi perusahaan tersebut di Brasil dan hal itu melanggar hukum.
Perusahaan tersebut mengklaim bahwa de Moraes menginginkan perwakilan di negara tersebut sehingga otoritas setempat dapat menggunakan pengaruhnya dengan meminta seseorang untuk ditangkap.
Banyak analis hukum, termasuk beberapa yang mendukung putusan de Moraes terkait X, tidak setuju dengan tuntutan denda X kepada Starlink.
“Starlink adalah perusahaan yang berbeda. Menjadi bagian dari kelompok ekonomi yang sama tidak berarti perusahaan tersebut juga bertanggung jawab atas utang yang tidak menjadi bagiannya. Perusahaan tersebut bahkan tidak memiliki kesempatan untuk membela diri,” kata Lênio Streck, seorang ahli hukum Brasil yang terkenal, di saluran media sosialnya.
“Apa yang dapat dilakukan Starlink untuk menghindari apa yang dilakukan perusahaan lain?” ujarnya melanjutkan.
Luís Henrique Machado, seorang profesor hukum di universitas IDP di ibu kota, Brasilia menilai keputusan de Moraes konsisten.
“Perusahaan media sosial itu dikenai sanksi karena tidak menghapus konten setelah ada perintah dari Mahkamah Agung di tengah investigasi yang sedang berlangsung. Sangat bisa dimengerti bahwa hakim meminta denda dibayarkan,” kata Machado.
“Putusan itu sah dalam memaksakan transfer jumlah tersebut secara wajib,” ujarnya menambahkan.
Sejak tahun lalu, X berselisih dengan de Moraes atas keengganannya untuk memblokir beberapa pengguna, sebagian besar aktivis sayap kanan yang dituduh merusak demokrasi Brasil. Musk menyebut hakim Brasil itu sebagai diktator dan otokrat karena putusannya memengaruhi perusahaannya di Brasil.
Akibatnya platform media sosial Musk dilarang secara nasional pada 31 Agustus, dan de Moraes menetapkan denda harian sebesar USD9.000 bagi siapa pun yang menggunakan jaringan privat virtual (VPN) untuk menghindari penangguhan. Sebagian besar pengguna X di Brasil mulai menggunakan Threads dan Bluesky.
X memiliki 22 juta pengguna di Brasil, menurut perkiraan dalam laporan Digital 2024: Brasil, hanya seperenam dari jumlah pengguna di Instagram, dan sekitar seperlima dari Facebook atau TikTok.
Sejak Januari 2022, ketika Starlink mulai beroperasi di Brasil, perusahaan tersebut telah menguasai 0,5 persen pangsa pasar internet, menurut badan telekomunikasi Brasil Anatel.
(Febrina Ratna)