Melansir dari Bloomberg, Kamis (28/09), setelah pendaratan Chandrayaan-3, Global Times milik Partai Komunis mengutip Pang Zhihao, pakar luar angkasa senior yang berbasis di Beijing, yang mengatakan bahwa China memiliki teknologi yang jauh lebih baik.
“Program luar angkasa China telah mampu mengirim pengorbit dan pendarat langsung ke orbit transfer Bumi-Bulan sejak peluncuran Chang'e-2 pada 2010, sebuah manuver yang belum dapat dilakukan India mengingat terbatasnya kapasitas kendaraan peluncurnya,” tertulis dalam surat kabar. “Mesin yang digunakan China juga jauh lebih maju.”
Meski begitu, Chandrayaan-3 melaju lebih jauh ke selatan dibandingkan pesawat ruang angkasa lainnya. Upaya Rusia untuk mendaratkan pesawat ruang angkasa di dekat kutub selatan bulan berakhir dengan kegagalan bulan lalu ketika pesawat tersebut jatuh ke bulan.
Chang’e 4 milik China, yang pertama mendarat di sisi terjauh bulan pada 2019, mendarat 45 derajat selatan. Sebuah wahana antariksa NASA yang tidak berawak, Surveyor 7, mencapai bulan sekitar 41 derajat selatan pada tahun 1968.
Mendekati kutub selatan bulan penting bukan hanya untuk menyombongkan diri. Para ilmuwan berpendapat wilayah tersebut mungkin memiliki cadangan es yang berpotensi berharga untuk tempat tinggal jangka panjang.