“Jadi ini peluangnya masih, kalau kita bandingkan dengan beberapa negara saja harusnya potensi belanja TIK kita harusnya sudah empat kali lipatnya,” kata dia.
Meski demikian, jelasnya, perkembangan emerging technology atau infrastruktur teknologi yang masih dalam tahap pengembangan membuka peluang Indonesia meningkatkan nilai belanja TIK-nya.
“Di mana sebagai contoh perkembangan teknologi 5G advanced yang memungkinkan ultra reliable low latency communications (URLLC) hingga pengembangan artificial intelligence untuk produktivitas dan efisiensi proses bisnis,” kata dia.
Di lain sisi, Budi mencatat, kontribusi ekonomi digital Indonesia terhadap PDB diperkirakan mencapai USD210 miliar hingga USD306 miliar atau setara Rp3.242,8 triliun-Rp4.724,5 triliun di 2030. Artinya, kurang lebih enam tahun mendatang Indonesia mampu mencatatkan ekonomi digital yang bernilai jumbo.