Produsen mobil yang terlilit utang besar ini memangkas produksi sebagai bagian dari rencana pemulihan bisnis. Kondisi Nissan semakin terjapit setelah gagal merger dengan Honda awal tahun ini.
Nissan berencana mengurangi jumlah pabriknya dari 17 menjadi 10 pada tahun fiskal 2027.
Di antara produsen mobil besar Jepang, Nissan dianggap paling rentan terhadap tarif 25 persen yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap kendaraan impor. Hal ini karena pelanggan Nissan secara historis lebih sensitif terhadap harga dibandingkan para pesaingnya, menurut para ahli.
Salah satu solusi potensial bagi Nissan adalah raksasa elektronik Taiwan Hon Hai, yang lebih dikenal sebagai Foxconn, yang saat ini berekspansi ke industri mobil. Foxconn berminat untuk membeli saham Renault di Nissan. (Wahyu Dwi Anggoro)