IDXChannel - Suzuki merasakan dampak dari lesunya penjualan mobil dan perang harga di Indonesia sepanjang tahun ini. Dengan kondisi tersebut, produsen asal Jepang itu melakukan efisiensi biaya operasional pada proses manufaktur atau perakitan kendaraan di pabrik.
Managing Director Suzuki Indomobil Motor (SIM), Shodiq Wicaksono, mengatakan lesunya pasar otomotif dan perang harga yang terjadi saat ini, membebani pelaku industri. Untuk menjaga finansial, efisiensi biaya operasional perlu dilakukan.
"Sebetulnya kalau perang harga menurut saya itu hal yang wajar kalau dalam dunia marketing-lah ya. Tapi kan kemudian ini menjadi sangat bermasalah ketika pasarnya juga turun," ujarnya di arena GIIAS 2025, ICE BSD City, Tangerang, belum lama ini.
Melemahnya daya beli masyarakat terhadap mobil baru juga berdampak pada sisi rantai pasok industri. Ini membuat ongkos produksi juga semakin tinggi yang memberatkan produsen serta pemasok komponen.
"Tentunya bukan hanya kita yang suffering ya, karena produksi turun, otomatis biaya fixed cost juga akan harus ditanggung lebih tinggi kan berarti untuk per unitnya. Teman-teman supplier di akhirnya mengalami masa-masa sulit," tuturnya.
Sebagai informasi, Suzuki memiliki tiga fasilitas pabrik, yakni d Cikarang, Jawa Barat, Tambun, dan Cakung, Jakarta Timur. Masing-masing pabrik memiliki fungsi yang berbeda untuk mempercepat proses produksi sebuah kendaraan.
Shodiq mengatakan bahwa pasar otomotif nasional yang sangat menantang saat ini mempengaruhi kinerja pabrik. Sehingga berbagai upaya dilakukan di tengah gempuran perekonomian yang sulit.
"Kalau sesuai kapasitas produksi kan 2 shift atau long shift nah kita sekarang 1 shift tidak pakai long ya jadi memang segitu. Tentunya nanti kalau produksinya bagus ya nanti kita buat 2 shift kah, kita buat lembur kah," ujarnya.
Saat ini, Suzuki Fronx menjadi andalan baru yang diminati banyak konsumen. Bahkan, produksinya sedang digenjot demi menekan masa tunggu konsumen.
(Febrina Ratna Iskana)