ECONOMICS

Holding BUMN Ultra Mikro Dinilai Jadi Suntikan Optimisme bagi Investor

Aditya Pratama 26/08/2021 08:30 WIB

Penerbitan saham baru BBRI akan dipandang lebih menarik oleh investor publik.

Holding BUMN Ultra Mikro Dinilai Jadi Suntikan Optimisme bagi Investor (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Holding BUMN Ultra Mikro (UMi) dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sebagai induknya dinilai akan menjadi suntikan optimisme bagi investor agar lebih mengapresiasi saham perbankan. 

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Frankie Wijoyo Prasetyo menyebut penerbitan saham baru BBRI akan dipandang lebih menarik oleh investor publik. Dengan demikian, dia meyakini hal itu akan mendorong penghimpunan modal yang lebih optimal. 

"Melalui aksi korporasi ini ke depan bukan hanya mampu mendorong kinerja pembiayaan segmen ultra mikro. Namun juga sekaligus mengangkat profitabilitas Perseroan. Dengan demikian tentunya akan semakin meningkatkan kepercayaan investor kepada saham bank terbesar di Tanah Air itu," ujar Frankie dalam keterangan tertulis, Kamis (26/8/2021). 

Seperti diketahui, BRI mendapatkan persetujuan rights issue dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD), dari mayoritas pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli lalu. Dalam aksi korporasi ini, BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,677 miliar saham baru Seri B. 

Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021. Seluruh saham Seri B milik Pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng. 

Bila ditotal hasil inbreng dan optimalisasi dana segar yang diraup dari publik, aksi korporasi BRI diperkirakan bernilai hampir Rp100 triliun. Dana hasil dari aksi korporasi itu diantaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan Holding BUMN UMi bersama kedua BUMN tersebut. 

Di sisi lain Frankie mengakui isu holding BUMN UMi semula dipandang hal yang negatif oleh kalangan investor. Pasalnya akan menyebabkan efek dilusi saham, sehingga sempat membuat harga saham BBRI anjlok dari kisaran Rp4.200 menjadi Rp3.700-an. 

"Namun dari paparan tujuan rights issue dan prospek holding ultra mikro secara jangka panjang, investor melihat prospek yang cukup cerah sehingga mendorong kinerja saham BBRI bergairah kembali," kata dia. 

Menurutnya, hal itu sangat beralasan jika melihat sumbangsih UMKM termasuk UMi di dalamnya terhadap perekonomian nasional. Frankie menuturkan kontribusinya terhadap PDB memiliki porsi 61 persen. Mengutip data sangat sementara Kementerian Koperasi dan UKM, hingga 2019 tercatat pelaku UMKM di Tanah Air mencapai 65,46 juta unit atau sekitar 99,99 persen dari total usaha nasional. 

Jumlah tersebut mampu menyerap sekitar 119,5 juta tenaga kerja atau setara 96,92% dari total tenaga kerja di Indonesia. Hal ini, kata Frankie, membuat holding BUMN UMi memiliki ruang cukup besar untuk tumbuh. 

"Apalagi di tengah pemulihan ekonomi saat ini, segmen ini akan semakin kuat sehingga akan mendorong peningkatan kinerja lebih kuat lagi," ucapnya. 

Frankie menyampaikan sentimen tersebut akan membuat investor publik lebih tertarik akan rights issue BBRI yang telah diketok palu. Terlebih, pemerintah selaku pemegang saham terbesar di BBRI memenuhi haknya dalam aksi korporasi itu dengan inbreng Pegadaian dan PNM yang sama-sama kuat dalam pembiayaan dan pemberdayaan usaha wong cilik. 

Dia pun menilai holding mendorong efisiensi sekaligus memperluas jangkauan ketiga BUMN dalam pemberdayaan. Proses penyaluran dana pun dinilai akan semakin tepat sasaran dalam ekosistem usaha UMi nasional yang semakin kuat. 

"Di sisi lain, dana yang berhasil dihimpun dari investor publik melalui rights issue tentu sangat membantu struktur permodalan dan ekspansi kinerja lebih kuat dari holding ultra mikro ini," tuturnya. 

Sementara itu, Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma menegaskan bahwa kehadiran dan prospek holding akan membuat kinerja saham BBRI semakin solid ke depan. Hal itu karena kinerja fundamental ketiga perseroan yang memang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk.  

Setelah holding, cost of fund atau biaya dana menurutnya akan bisa ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perseroan menjadi satu ekosistem. Dengan demikian, lanjut dia, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya. 

“Investor melihat kinerja fundamental yang positif tersebut. Jadi kinerja itu akan tetap baik. Jadi saya pikir secara jangka panjang masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain,” ujar Suria. 

Dia pun menilai total value dari holding BUMN UMi sangat baik. Suria menganalisa bahwa inbreng PNM dan Pegadaian terhadap BRI ditambah dana dari publik membuat holding memiliki total value hingga Rp 95 triliun dengan perkiraan price to book value (PBV) 1,75 kali.

(SANDY)

SHARE