Imbas dari Ketergantungan Impor Gas Alam, Singapura Krisis Energi
Salah satu penyebabnya lantaran energi di Singapura itu bergantung terhadap impor gas. Hal itu terjadi karena 95% listrik Singapura dihasilkan dari gas alam.
IDXChannel - Krisis energi kini tengah melanda Singapura. Salah satu penyebabnya lantaran energi di negeri singa itu bergantung terhadap impor gas. Hal itu terjadi karena 95% listrik Singapura dihasilkan dari gas alam.
Gas alam tersebut dipilih karena stabilitasnya dinilai baik dalam harga maupun pasokan. Namun seiring pembukaan dunia pasca lockdown akibat pandemic Covid-19, permintaan global untuk gas alam mengalami peningkatan. Sementara pasokan gas alam menipis. Akibatnya, harga gas alam mengalami pelonjakan dan membuat beberapa pengecer Singapura menutup pintu mereka, seperti iSwitch dan Ohm Energy
Dilansir dari berbagai sumber, Otoritas Pasar Energi (EMA) Singapura menyebut, harga pasar listrik Singapura yang ditentukan setiap setengah jam tergantung pada kondisi permintaan dan pasokan telah terpukul volatilitas harga energi yang lebih tinggi. Hal ini terutama terjadi selama dua pekan terakhir ini.
Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan permintaan gas alam cair di pasar global yang berdampak pada harga, serta permintaan listrik yang lebih tinggi daripada biasanya. Ada juga pembatasan gas alam pipa dari West Natuna dan rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan.
Meski demikian, EMA menegaskan akan bekerja sama dengan pengecer listrik untuk menghadapi tantangan ini, yang bisa berimplikasi pada harga listrik yang fluktuatif. EMA juga mengatakan akan berupaya agar tidak ada gangguan pasokan bagi pelanggan.
Kini yang menjadi pertanyaan salah satunya adalah bagaimana krisis listrik ini berdampak pada dunia bisnis di Singapura?
Melansir Straits Times, Senin (25/10), Singapura disebut mengalami krisis energi global yang berdampak pada perekonomiannya. Lonjakan harga listrik di Singapura berdampak pada biaya produksi yang lebih tinggi untuk keperluan bisnis, hingga biaya hidup di tingkat rumah tangga.
Pemerintah sudah mengimbau warganya menghemat listrik untuk beberapa bulan ke depan tapi konsumsi listrik sangat dibutuhkan di negara tropis seperti Singapura yang membutuhkan penyejuk ruangan, apalagi untuk warga yang masih bekerja dari rumah karena pandemi. Naiknya harga tarif listrik berpotensi menurunkan konsumsi listrik tapi itu juga menjadi pukulan berat bagi perekonomian yang baru saja hendak pulih dari pandemi. (FHM)