ECONOMICS

Krisis Energi Ancam Dunia, Pengamat Berharap Indonesia Tidak Jumawa

Mohammad Yan Yusuf 27/10/2021 14:17 WIB

Indonesia diharapkan tidak jumawa dengan ancaman krisis energi yang terjadi di Dunia. Menurutnya krisis energi yang terjadi justru menguntungkan Indonesia.

Krisis Energi Ancam Dunia, Pengamat Berharap Indonesia Tidak Jumawa. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pengamat Energi Komaidi Notonegoro menyarankan agar Indonesia tak jumawa dengan ancaman krisis energi yang terjadi di Dunia. Menurutnya krisis energi yang terjadi justru menguntungkan Indonesia.

"Sebagai catatan, produksi energi kita cukup banyak dibandingkan konsumsi domestik. Sehingga bisa di ekspor ke luar negeri," kata Komaidi menanggapi krisis energi yang terjadi, Senin (25/10/2021).

Pria yang kini menjabat Direktur Eksekutif ReforMiner Institute ini merinci saat ini produksi batu bara dalam negeri sendiri mencapai 600 juta ton per tahun. Sementara konsumsi domestik kita hanya 150 juta ton per tahun.

Kondisi serupa juga terjadi di industri gas yang nilai produksi dan konsumsi tak jauh berbeda. Kedua sumber energi itu kini menjadi paling diminati oleh dunia selain energi minyak bumi yang berasal dari fosil.

Sedangkan di sisi lain margin tinggi antara konsumsi dan produksi yang besar itu menjadikan beberapa negara bergantung sama ekspor kita, salah satunya Singapura yang kini bergantung akan gas kita.

"Artinya dengan demikian kita diuntungkan. Dalam hukum pasar sudah jelas harga naik," kata Komaidi.

Hanya saja untuk menaikan harga energi yang terlanjur di jual ke negara lain, Komaidi menuturkan hal itu tak bisa sembarangan. Selain karena terbentur dengan kontrak, menaikan harga energi yang dijual tak semudah menjual beberapa barang di warung.

"Makanya dari dulu saya tekankan saat membuat kontrak harus memprediksi hal hal demikian. Jangan sampai kita nanti kena gugat di pengadilan internasional," katanya.

JAGA PRODUKSI

Namun di lain hal, sekalipun krisis energi bisa dimanfaatkan dengan menambah jumlah produksi lalu menjualnya kepada negara lain. Namun Komaidi mengungkapkan pola semacam ini harus dikendalikan, jangan sampai produksi yang ada membuat tak terkontrol sehingga mengganggu stok sehingga berdampak alami krisis energi kedepannya.

"Memang stok kita sangat aman, gas bisa 40 tahunan dan  batu bara bisa 60 tahunan, tapi tetap harus ada yang mengontrol sehingga produksi tak berlebih," tuturnya.

Begitupun saat menjual, Komaidi menuturkan telah menjadi rahasia umum bila beberapa negara besar seperti Amerika dan Cina yang kerap menjual stok energinya kepada negara lain dengan harga lebih tinggi. Uniknya suplai energi dibeli murah dari negara negara semacam Indonesia.

"Jadi ketika kebutuhan dalam negeri tercapai, dan masih ada stok, mereka akan jual energi itu ke negara lain dengan harga tinggi," katanya.

Karena itu, Komaidi mengingatkan pemerintah agar lebih cermat dalam menjual sumber energinya ke beberapa negara maju. Sehingga keuntungan bisa didapat maksimal. (FHM)

SHARE