ECONOMICS

Krisis Lagi? Bos PLN Was-was Stok Batu Bara Seret 

Rizky Fauzan 10/08/2022 10:43 WIB

Rendahnya pasokan emas hitam untuk PLTU terjadi karena rendahnya efektivitas penugasan yang diberikan perusahaan batu bara lewat skema DMO.

Krisis Lagi? Bos PLN Was-was Stok Batu Bara Seret (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) Darmawan Prasodjo gelisah pasokan batu bara untuk pembangkit listrik kian seret memasuki semester II-2022.

Rendahnya pasokan emas hitam untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik perseroan terjadi karena rendahnya efektivitas penugasan yang diberikan perusahaan batu bara lewat skema domestic price obligation (DMO).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memberikan penugasan tambahan alokasi batu bara sebesar 31,8 juta metrik ton (MT) sepanjang Januari hingga Juli 2022.

Tambahan penugasan itu diberikan seiring dengan tren permintaan kelistrikan yang meningkat menyusul pemulihan pandemi.

"Namun, dari penugasan tersebut efektivitasnya sekitar 45 persen, yaitu 14,3 juta MT yang sudah berkontrak dari tambahan tersebut," kata Darmawan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (9/8/2022).

Dia menilai bila kondisi ini terus berlanjut tidak menutup kemungkinan krisis batu bara bisa menghantui PLN kembali.

"Kami melihat tren semakin menurun. Artinya, kalau kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka kondisi yang tadinya aman bisa bergeser jadi kondisi krisis kembali," kata Darmawan.

Darmawan menuturkan kebutuhan batu bara kian meningkat seiring dengan penambahan permintaan listrik. Darmawan memperkirakan proses penugasan batu bara meningkat dari 130 juta MT menjadi 135 juta ton pada tahun depan. Adapun perkirakan kebutuhan akan meningkat lagi hingga 155 juta sampai dengan 160 juta MT pada 2030.

PLN mencatat kenaikan permintaan listrik mencapai 5,3 Terawatt hour (TWh) pada pertengahan tahun ini. Karenanya, perusahaan setrum itu membutuhkan tambahan pasokan batu bara mencapai 7,7 juta ton dari rencana kerja awal yang telah ditetapkan tahun ini.

"Dalam proses itu kami melakukan renegosiasi dengan independent power producer (IPP) dari yang tadinya kami harus hadapi oversupply kami berhasil mengendorkannya sehingga berhasil menurunkan produksi listrik dengan IPP sekaligus menurunkan take or pay kami," kata Darmawan.

(DES)

SHARE