ECONOMICS

Perjalanan Covid-19 Delta hingga Omicron di 2021, Begini Langkah Pemerintah Pulihkan Ekonomi

Winda Destiana 18/12/2021 17:30 WIB

Sudah hampir dua tahun Indonesia dan negara-negara dunia dilanda pandemi Covid-19.

Perjalanan Covid-19 Delta hingga Omicron di 2021, Begini Langkah Pemerintah Pulihkan Ekonomi

IDXChannel - Sudah hampir dua tahun Indonesia dan negara-negara dunia dilanda pandemi Covid-19. Bahkan, jika menilik kilas balik awal tahun lalu, Indonesia menjadi negara dengan kasus harian penularan Covid cukup tinggi. 

Di bulan Januari, berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI menunjukkan kasus aktif baru sebanyak 335.116 orang, sementara yang sembuh hanya 262.124 orang atau berkisar 30%. Kasus aktif mencapai 65.132 atau sekitar 37%. 

Kemenkes juga menyebutkan kasus baru Covid-19 dalam tiga bulan terakhir terus naik. Sejak November 2020 silam, kasus sudah mencapai 128.795 kasus atau naik sekitar 12%. Di bulan Desember 2020 kasus Covid-19 sudah mencapai 204.215 orang, baik 19% dan di Januari 2021 mencapai 225.116 kasus atau naik 31%. 

Dapat dikatakan bahwa awal tahun 2021 lalu menjadi permulaan kasus Covid-19 tanah air berada di fase terburuknya. Sepertiga kasus harian baru dan aktif baru terjadi di bulan Januari lalu. Di Januari 2021 pula kematian akibat Covid-19 mencapai 7.860 orang. Proporsi kesembuhan akibat virus tersebut juga lebih rendah ketimbang kasus baru. Indonesia menghadapi gelombang pertama Covid-19 sejak November 2020-Januari 2021 lalu. 

Kemudian, tidak berselang lama, di bulan Mei 2021 Indonesia kembali dihantam gelombang kedua Covid-19 yakni Varian Delta yang diketahui menyebar lebih cepat. Meski demikian, Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan melemahnya protokol kesehatan juga turut andil dalam mewujudkan second wave di tanah air. 

"Terjadinya gelombang ke-2 di Indonesia tidak semata-mata karena kekuatan infeksius dari Varian Delta. Namun, juga akibat kepatuhan protokol kesehatan yang menurun," ujar Prof Wiku dalam konferensi pers secara daring, pada September lalu. 

Kemudian, peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi pada Juli lalu tak dapat dipungkiri berkaitan dengan interaksi manusia yang mulai longgar ditambah dengan adanya periode libur panjang. Sehingga membuat mobilitas masyarakat kembali normal sekalipun kondisi masih pandemi. 

Pada 15 Juli 2021 lalu, Indonesia menempati puncak serangan gelombang kedua Covid-19 mencapai 56.757 kasus per hari. Dengan kasus meninggal mencapai 982 orang di hari itu. Per tanggal 27 Juli, Indonesia mencatatkan puncak kematian akibat Covid-19 tertinggi, yakni mencapai angka 2069 orang. 

Lahan pemakaman saat itu tak henti-hentinya menerima jenazah pasien Covid-19 baru hingga pemerintah membuka lahan baru di kawasan Rorotan Jakarta Utara. 

Seperti yang diketahui, penyebab gelombang kedua menghantam Indonesia selain prokes yang melemah, varian mutasi Covid-19 bernama Delta diketahui memiliki penularan lebih cepat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa varian Delta atau B1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India sebagai varian of concern (VOC). Artinya, itu termasuk jenis virus corona yang mengkhawatirkan karena lebih mudah menular. Dalam hal ini jika dibandingkan dengan strain Alpha, yang ditemukan di Inggris.

Gejala yang ditimbulkan dari varian ini adalah sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran serta nyeri sendi. Selain itu, beberapa pasien juga mengalami mikrotrombi atau penggumpalan darah kecil. 

Dampak dari gelombang kedua dikatakan oleh Prof Wiku sangat signifikan. Total 2,5 juta orang positif terinfeksi Covid-19 dan sebanyak 94 ribu meninggal dunia. 

"Angka positif rate mingguan cetak rekor tertinggi berada di 30,72 persen. Yakni enam kali lipat dari standar WHO," ujarnya. 

Pencapaian penurunan di saat itu terbilang cukup berat. Dia menjelaskan bahwa tingkat keterisian rumah sakit (BOR) menyentuh angka 80 persen. 

Mengatasi hal tersebut, pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan untuk mencegah penularan Covid-19 di tengah masyarakat lebih meluas. Mulai dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang pertama kali pada tanggal 11 Januari hingga 25 Januari 2021. PPKM terus diperpanjang seiring dengan kondisi Covid-19 di tanah air. Puncaknya, PPKM Darurat ditetapkan pemerintah saat gelombang kedua Covid mulai menyapa RI di bulan Juli 2021 lalu. 

Selama diterapkannya PPKM Darurat oleh pemerintah, sektor yang paling terdampak adalah UMKM, hotel serta restoran, dan juga pariwisata. Pasalnya, mereka terpaksa harus tutup karena kondisi tersebut. Pusat perbelanjaan pun tidak diperkenankan untuk beroperasi. Tidak hanya mal yang harus telan kerugian hingga triliunan rupiah, namun pedagang pasar juga merasakan hal yang sama. 

Wakil Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengungkapkan, periode PPKM Darurat kali ini mencatat rekor di mana banyak pedagang yang bangkrut dan menjual asetnya untuk membayar utang.

"Pedagang yang bangkrut banyak banget. Itu teman yang grosir di Cipulir, Tanah Abang sudah beberapa yang menjual asetnya dan pulang kampung untuk bayar utang daripada dia nggak bayar," kata dia. 

Sektor perhotelan juga terpuruk. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, kondisi industri hotel dan restoran sudah sangat berat. Meskipun untuk restoran masih terbantu dengan adanya penjualan online.

Disebutkan oleh Hariyadi, tingkat keterisian atau okupansi hotel saat diberlakukannya PPKM Darurat berada di bawah 10 persen. 

"Kalau hotel sekarang drop, hotel itu banyak daerah yang okupansinya sudah single digit, sudah di bawah 10%," ucapnya.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan ada beberapa sektor masih terdampak pandemi dan ada yang pulih cukup signifikan.

“Beberapa sektor yang masih tertekan pandemi seperti pariwisata dan transportasi karena berkaitan dengan mobilitas masyarakat,” ungkapnya dalam program Market Opening IDX Channel, Rabu (21/7/2021).

Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan antara lain perdagangan, konstruksi, dan manufaktur.
 
Selain itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa PPKM Darurat disebutkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, belanja APBN diperkuat untuk merespon dampak negatif dari peningkatan kasus Covid-19 terhadap perekonomian.

Josua menambahkan, saat ini perlu adanya akselerasi vaksinasi, efektivitas PPKM Darurat, dan kesiapan sistem kesehatan di Indonesia.

Tidak hanya menerapkan PPKM, namun pemerintah juga gencar mewujudkan herd immunity dengan memberikan vaksin secara gratis kepada masyarakat. Program ini pun masih berjalan hingga saat ini. 

Terhitung hingga kini masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis satu mencapai 151.246.296 atau 72.62 persen. Sementara untuk total vaksinasi dosis dua per tanggal Sabtu (18/12/2021) sudah mencapai 106.636.173 atau 51.20 persen. 

Hantaman Covid-19 di Indonesia tidak hanya dirasakan pada sektor kesehatan saja, namun perekonomian pun ikut terpuruk. Banyak perusahaan gulung tikar sehingga menyebabkan tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) kian tinggi. Tidak hanya itu saja, beberapa pegawai pemerintahan juga harus berbesar hati karena gaji mereka harus dipotong. 

Presiden Jokowi tidak tinggal diam, beberapa kebijakan pun dibuat olehnya seperti insentif kepada para tenaga kesehatan, memberikan bansos berupa uang tunai atau sembako, pengadaan BSU (bantuan subsidi upah), menaikkan anggaran kartu prakerja, penurunan tarif listrik dan BBM, relaksasi pajak, hingga pemberian relaksasi kredit UMKM. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan salah satu capaian Pemerintah dalam dua tahun terakhir di bidang ekonomi adalah berhasil menahan kontraksi ekonomi di tahun 2020 yang hanya sebesar -2,07% year on year (yoy) dan ini menjadikan Indonesia menempati peringkat ke-4 di antara negara G20. Capaian tersebut tentunya tidak terlepas dari keberhasilan upaya Pemerintah dalam pengendalian pandemi Covid-19.

Memasuki tahun 2021, penguatan pengendalian pandemi juga berhasil mendorong ekonomi Indonesia untuk tumbuh sebesar 7,07% (yoy) di Triwulan II-2021. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

Konsumsi Pemerintah terus memegang peranan aktif dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi selama pandemi, termasuk di Triwulan II-2021. Alhasil, upaya ini dapat mendorong peningkatan pada komponen konsumsi rumah tangga dan investasi.

Pulihnya permintaan domestik telah mendorong perbaikan aktivitas produksi sehingga membuat seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif di Triwulan II-2021. Pemulihan yang terjadi di berbagai sektor utama, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, serta sektor transportasi dan pergudangan mencerminkan aktivitas ekonomi sudah mulai bangkit kembali.

Terjaganya daya beli masyarakat selama pandemi dapat terwujud karena inflasi yang terjaga dengan stabil di level rendah. Upaya pengendalian inflasi yang melibatkan Pemerintah dan seluruh stakeholder terkait berhasil menjaga inflasi di level 1,68% (yoy) pada tahun 2020.

Hingga September 2021, inflasi juga masih terjaga rendah dan stabil di level 1,60% (yoy). Jika menilik 5 tahun ke belakang, capaian inflasi Indonesia konsisten dalam tren menurun. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari komitmen Pemerintah dalam membenahi fundamental ekonomi antara lain melalui perbaikan infrastruktur.

Sementara dalam hal investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami kenaikan. “PMDN dan PMA semester I tahun 2021 masing-masing bisa naik 3,5% dan 16,8%. Ini tentu akibat transformasi perekonomian melalui Undang Undang Cipta Kerja,” ujarnya. 

Menjelang akhir Q3-2021, berbagai leading indicator menunjukkan prospek yang baik. Dampak lonjakan kasus varian delta berhasil dimitigasi sehingga aktivitas ekonomi kembali menguat yang tercermin dari Indeks PMI Manufaktur Indonesia yang kembali di level ekspansif dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga kembali meningkat di bulan September 2021.

Dari sisi kemiskinan dan pengangguran yang sempat meningkat akibat Covid-19 juga telah berhasil diturunkan. Angka kemiskinan menurun dari 10,19% pada September 2020 menjadi 10,14% pada Maret 2021. Sedangkan angka pengangguran turun dari 9,77 juta orang atau 7,07% pada Agustus 2020 menjadi 8,75 juta orang atau 6,26% pada Februari 2021.

Sementara itu, peningkatan harga komoditas global dan pemulihan permintaan global turut mendorong komponen ekspor dan impor untuk tumbuh signifikan. Upaya Pemerintah dalam meningkatkan aktivitas ekspor impor telah membantu industri berorientasi ekspor untuk memanfaatkan peluang peningkatan harga komoditas global selama pandemi. Hal ini membuat kinerja neraca perdagangan Indonesia berhasil mencatatkan surplus selama 17 bulan berturut-turut.

Kinerja yang impresif dari neraca perdagangan ini menjadi penopang kinerja transaksi berjalan Indonesia. Defisit transaksi berjalan di tahun 2020 dan Semester I-2021 berhasil dijaga di level rendah, yakni dibawah 1% PDB.

Selain itu, neraca pembayaran Indonesia juga berhasil mempertahankan surplusnya di tahun 2020 meskipun dilanda pandemi Covid-19. Kondisi ini turut berkontribusi terhadap ketahanan sektor eksternal Indonesia.

Dari sektor keuangan pun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami rebound ke level yang lebih tinggi dibandingkan level pra-pandemi. Di saat yang sama, nilai tukar mengalami tren apresiasi menuju level pra-pandemi. Upaya Pemerintah dalam menjaga optimisme investor juga berhasil membuat aliran modal kembali masuk ke Indonesia sehingga membantu memperkuat fundamental pasar modal Indonesia.

Perbaikan di sisi ekonomi terus diiringi dengan perbaikan di sisi kesehatan. Upaya penguatan dari sisi hulu hingga hilir telah berhasil menekan laju penyebaran virus Covid-19. Terlihat dari turunnya kasus aktif di Indonesia menjadi sebesar 16.697 per 19 Oktober 2021. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan India, AS, Brazil, Jerman, Perancis, dan Inggris.

Disaat yang sama, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia telah mencapai 96,2%, lebih tinggi dibandingkan tingkat kesembuhan global yang sebesar 90,6%. Adapun angka positivity rate Indonesia berada di bawah 0,5% dengan reproduction rate di bawah 1%.

Selain melalui strategi pembatasan mobilitas masyarakat, akselerasi vaksinasi juga menjadi kunci dalam menekan laju penyebaran virus Covid-19. Per 19 Oktober 2021, total dosis vaksinasi yang telah dilakukan di Indonesia telah mencapai 174 juta dosis sehingga menjadikan Indonesia berada di posisi ke-5 di dunia.

Sebagai langkah memulihkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi, Pemerintah berkomitmen untuk terus mempercepat proses vaksinasi. Diantaranya melalui kerja sama dengan pihak swasta dalam mendorong percepatan program vaksinasi gotong royong.

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa syarat mutlak agar ekonomi Indonesia dapat pulih yakni dalam penanganan pandemi Covid-19 dijaga agar tidak terjadi gelombang ketiga Covid-19. 

“Diharapkan sudah 80 persen masyarakat sudah divaksinasi pada akhir tahun ini dan dosis kedua bisa diselesaikan pada kuartal pertama tahun depan. Untuk pemulihan ekonomi tetap dilanjutkan pada tahun depan terutama untuk sektor kesehatan dan perlindungan sosial,” pungkas Menko Airlangga. 

Ketenangan tanah air atas melandainya kasus Covid-19 rupanya tak berlangsung lama. Varian baru Covid-19 Omicron terdeteksi untuk yang pertama kali masuk Indonesia pada Rabu (15/12/2021) malam setelah sudah tersebar di hampir 70 negara. Hal tersebut diumumkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Menurut Budi, pasien pertama itu berada di Wisma Atlet Jakarta.

Penemuan kasus tersebut membuat RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat di lockdown tujuh hari kedepan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menambah jumlah testing dan meningkatkan tracing sebagai bentuk antisipasi sebaran varian Omicron.

"Tracing sudah dan terus dilakukan. Testing juga ditambah," kata Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19, Hery Trianto saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (17/12/2021).

Hery menekankan bahwa RSDC Wisma Atlet Kemayoran dilakukan isolasi sebagai antisipasi transmisi keluar. "Agar tidak terjadi transmisi keluar wisma atlet di isolasi sementara," ujarnya.

(NDA)

SHARE