INSPIRATOR

Perjalanan Hayao Miyazaki: Animator Kesayangan Penggemar Film yang Benci Peperangan

Nadya Kurnia 27/01/2023 14:10 WIB

Hayao Miyazaki tak suka dengan peperangan, dan ketidaksukaannya itu tertuang dalam beberapa film garapannya.

Perjalanan Hayao Miyazaki: Animator Kesayangan Penggemar Film yang Benci Peperangan. (Foto: MNC Media)

IDXChannelHayao Miyazaki dikenal para penggemar film sebagai jantung Studio Ghibli. Film-film animasi buatan studionya begitu dicintai dan masih sering diperbincangkan hingga detik ini meskipun telah tayang beberapa tahun silam. 

Miyazaki sebenarnya adalah putra seorang pebisnis. Ayahnya, Katsuji Miyazaki, mengelola perusahaan yang memproduksi suku cadang pesawat tempur bernama Miyazaki Airplanes.

Namun demikian, Miyazaki tak suka dengan keterlibatan keluarganya dalam peperangan. 
Ia merasa bersalah karena keluarganya mengambil keuntungan dari Perang Dunia II, dan Ketidaksukaannya pada militerisme ini juga ditunjukan dalam beberapa film buatannya.

Dilansir dari referenceforbusiness.com (26/01), Katsuji Miyazaki memindahkan keluarganya ke Kota Utsunomiya, guna menghindari pengeboman Amerika dan agar lebih dekat dengan pabrik pesawat Miyazaki di Kota Knuma, dan mereka tinggal disana dari tahun 1944-1946.

Ibu Miyazaki mengidap penyakit TBC tulang belakang sejak 1947 dan terpaksa tinggal di rumah sakit selama tiga tahun. 

Ketertarikan pada Animasi

Pada 1958, barulah Miyazaki mulai tertarik dengan film animasi, imajinasinya digerakan oleh Hakujaden, sebuah film animasi berdurasi panjang yang diproduksi oleh Toei Animation. 

Namun saat itu ia tidak ingin jadi animator, namun sebagai seniman buku komik. Meskipun saat kuliah dia mengambil jurusan ekonomi dan ilmu politik di Universitas Gakushuin, tapi hatinya tetap mengakar di bidang seni. Kemudian ia mengejar minatnya pada buku komik sebagai anggota klub sastra.

Setelah lulus Miyazaki mengambil posisi sebagai animator tingkat awal di Toei Animation, sebuah divisi dari studio Toei dan produser animasi terbesar di Asia. Di Toei ia bertemu dengan sesama animator, Takahata Isao dan Ota Akemi. Isao menjadi teman seumur hidup, kolaborator dan mitra bisnis, sedangkan Akemi menjadi istrinya.

Miyazaki meninggalkan Toei pada 1971, ia ditemani Isao terus bekerja di berbagai studio sepanjang tahun 1970-an dan banyak film yang mereka produksi.

Kesuksesan mereka dalam dunia film animasi, mendorong mereka untuk melakukan kemitraan yang lebih permanen. Kemudian bersama-sama mereka meluncurkan Studio Ghibli pada 1985.

Hayao dan Studio Ghibli

Dilansir dari britannica.com (26/01), Hayo tetap memproduksi karya untuk pasar domestik. Tonari no Totoro hasil karya Miyazaki mulai debut bersama Takahata Hotaru no haka pada 1988. Meskipun kedua film tersebut mendapat respon baik secara kritis, kesuksesan finansial studio dijamin oleh penjualan merchandise Totoro yang fenomenal.

Miyazaki juga memproduksi film terbaru yaitu Majo no takkyubin (Kiki’s Delivery Service) pada 1989 dan Kurenai no buta (Porco Rosso). Pada 1997-an Mononoke-hime (Princess Mononoke) berhasil menjadi blockbuster yang memecahkan rekor box-office Jepang.

Pada Princess Mononoke, ada beberapa tema yang memang sengaja diambil Miyazaki. Seperti konflik antara kemajuan manusia dan keteraturan alam, lalu kegigihan dunia spiritual yang berdampingan dengan duniawi.

Miyazaki menciptakan salah satu film yang memenangkan film Asia terbaik di Hong Kong Film Awards, dan dinobatkan sebagai fitur animasi terbaik di Academy Awards 2003, yaitu Sen to Chihiro no kamikakushi atau Spirited Away yang tayang pada 2001.

Di Jepang film tersebut juga memenangkan sebagai film terbaik di Penghargaan Akademi Jepang 2002 dan menggantikan Titanic sebagai film terlaris dalam sejarah Jepang.

Tidak berhenti dengan kesuksesan Spirited Away Hayo terus menciptakan film-film terbaik buatannya dan mampu mendapat penghargaan. Pada 2015 Hayo menerima penghargan Oscar Kehormatan dari Academy of Motion Picture Arts and Sciences. (NKK

Penulis: Mila Pertiwi

SHARE